BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Hidup Layak di Kota Bima

Kota Cerdas
Hidup Layak di Kota Bima
Siwi Yunita Cahyaningrum
Ikon konten premium Cetak | 10 April 2015 Ikon jumlah hit 16 dibaca Ikon komentar 0 komentar

Tepat Jumat, 10 April ini, Kota Bima, Nusa Tenggara Barat, menginjak usia yang ke-13. Di usia dini itu, Bima mampu bertransformasi menjadi kota berkembang dan layak huni. Pantai Kolo, Teluk Bima, misalnya, sudah bertransformasi dari kawasan kumuh menjadi kawasan wisata ramah keluarga. Dari teluk itu bisa terlihat jelas Kota Bima.

Senyum Hasanudin (42) mengembang, hari itu, Senin (6/4) sore. Ia bebas menikmati liburannya di tepian Teluk Bima. "Dulu kami enggan kemari, isinya sampah tidak nyaman rasanya. Kini sudah lebih bersih dan sudah ada gazebo untuk duduk menikmati pantai. Anak-anak pun aman bermain di sini gratis kapan pun kami mau," kata Hasanudin yang membawa serta tiga anaknya bermain di pantai.

Seperti orangtua lain, Hasanudin menghabiskan waktu di pantai. Dari jauh ia memperhatikan anak-anaknya di pantai. Beberapa pemuda asyik mendengarkan musik sambil memandang Bima dari kejauhan.

Kota Bima dengan latar belakang pegunungan terlihat jelas dari bentangan teluk. Kota itu hanya dihiasi beberapa bangunan tinggi, tetapi di dermaganya ramai dengan kapal kargo.

Bima tengah berkembang pesat. Dalam dua tahun, pembangunan ruko, pusat perkantoran baru bermunculan. Jika dua tahun lalu gerai-gerai anjungan tunai mandiri (ATM) masih terbatas, kini sudah muncul di setiap sudut dan perempatan. Hotel-hotel pun bermunculan untuk memenuhi kebutuhan pebisnis dan pelancong yang singgah di kota itu.

Triyono (40), pemilik rumah makan sederhana di pinggir pasar Bima, mengatakan, untuk mendapatkan lahan di Kota Bima dengan harga murah kini sulit sekali. Satu lahan seluas 200 meter persegi yang ia incar di pasar Bima sudah mencapai harga Rp 3 miliar lebih. Mahalnya lahan membuat pedagang pun memanfaatkan setiap celah yang ada.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bima mencatat angka produk domestik regional bruto (PDRB) tumbuh dari Rp 886,647 miliar pada 2009 menjadi Rp 1,394 miliar lima tahun kemudian. Sektor jasa sampai saat ini masih menjadi penyumbang terbesar PDRB, sebanyak 28 persen lebih. Adapun perdagangan, hotel, dan restoran menempati urutan kedua.

Di tengah perkembangan kota yang pesat, Pemerintah Kota Bima membuat ruang terbuka hijau untuk memenuhi kebutuhan sosial masyarakatnya. Tempat-tempat itu tidak hanya menjadi tempat berkumpul, tetapi juga beribadah, belajar ekosistem, berekreasi, hingga menjadi land mark Kota Bima.

Ruang terbuka hijau

Wali Kota Bima M Qurais H Abidin mengatakan, selain ruang terbuka hijau, kota yang layak juga membutuhkan ketersediaan air bersih. Karena itu, Bima pun mengawalinya dengan membangun ruang publik, jalan aspal hingga ujung kelurahan, dan penghijauan di sekitar gunung yang mengelilingi Bima.

Pemkot memanfaatkan Bima yang dikelilingi pegunungan dan pantai untuk menunjang kelayakan kota.
Baca Juga
Kawasan Dagang yang Pluralis dan Kaya Budaya [Konten premium] Cetak | 10 April 2015

Sebagian gunung yang masih gundul diubah menjadi kawasan resapan air dengan tanaman buah bernilai ekonomis. Selain bisa menyimpan air dan menyejukkan kota, tanaman buah juga bisa dimanfaatkan warga untuk memenuhi kebutuhan mereka.

"Kami libatkan warga dalam penghijauan kawasan gunung. Pembibitan dilakukan di pekarangan masyarakat. Saat sudah siap, bibit itu kami tanam di hutan-hutan di pegunungan agar nantinya air bisa tersimpan dan hawa segar bisa masyarakat rasakan," kata Qurais.

Pemkot Bima pun membuka akses hingga ke pelosok kampung. Salah satu caranya adalah membuat jalur mulus hingga tembus ke perkebunan dan hutan kota. Dengan infrastruktur yang memadai, jalur distribusi dari pelosok ke pusat kota pun lebih efektif dan efisien.

Bima memang mempunyai APBD terbatas, yakni sekitar Rp 684 miliar pada tahun ini. Dari jumlah itu pemkot hanya bisa menyisihkan sekitar Rp 10 miliar setiap tahun untuk pembentukan lahan terbuka hijau. Namun, pembangunan infrastruktur terus berjalan berkesinambungan.

Pada usianya yang masih muda, Kota Bima masih harus menghadapi tantangan untuk terus menjadikan kawasan kota sebagai kota yang nyaman. Tantangan itu adalah kedisiplinan dalam hal kebersihan.

Qurais mengakui tak mudah mengubah kebiasaan bersih lingkungan. Namun dengan menjawab tantangan, Bima pun bertransformasi menjadi kota layak huni di masa kini dan mendatang.

Sumber: http://print.kompas.com/baca/2015/04/10/Hidup-Layak-di-Kota-Bima