BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

AgFor Berbagi Pengetahuan pada Ratusan Pengunjung FKTI

Partisipasi AgFor dalam Festival Forum Kawasan Timur Indonesia (FKTI) VII di Makassar menarik minat ratusan peserta acara.  Ratusan pengunjung silih berganti menggali informasi lebih dalam mengenai agroforestri dan kegiatan AgFor. Pengunjung booth AgFor bervariasi mulai dari mahasiswa, penggiat organisasi nirlaba, para petani dari berbagai provinsi di bagian Timur Indonesia, ibu-ibu dharma wanita, sampai salah satu motivator terkenal Indonesia, Andi F. Noya dan perwakilan pemerintah setempat dari berbagai level – tingkat desa sampai provinsi.

Festival FKTI adalah sebuah perayaan keberhasilan dan inovasi pembangunan di wilayah timur Indonesia dengan tujuan untuk berbagi praktik cerdas, pengalaman, dan pembelajaran dari berbagai program yang ada di tingkat lokal untuk menunjang keberhasilan pembangunan nasional. Enam praktik cerdas dari kawasan timur Indonesia yang dihadirkan kali ini berasal dari Adonara (Waktu Sama dengan Uang), Sembalun (Menangani Bencana di Kaki Gunung Rinjani), Bulukumba (Kedaulatan Pangan di Salassae), Tomia (Pengawal Laut di Perairan Wakatobi), Sulawesi Utara (Anggaran Cerdas untuk Kesehatan) dan Raja Ampat (Kisah Kapal Kalabia). Forum KTI merupakan kegiatan dua tahunan yang diselenggarakan oleh Yayasan BaKTI, salah satu mitra terdekat AgFor di Makassar, Sulawesi Selatan.

Pengunjung yang memadati booth AgFor untuk mendapatkan penjelasan/informasi mengenai agroforestri dan untuk mencicipi madu tiris dari Desa Uluiwoi, Sulawesi Tenggara.Proyek Agroforestri dan Kehutanan (AgFor) di Sulawesi, Indonesia adalah proyek lima tahun yang didanai oleh Departemen Luar Negeri, Perdagangan dan Pembangunan Kanada dan sedang berjalan di Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Gorontalo. Secara khusus, proyek ini bertujuan untuk meningkatkan mata pencaharian yang lebih adil dan berkelanjutan bagi para petani di Sulawesi melalui sistem Agroforestri dan  pengelolaan sumber daya alam.

Dalam Festival FKTI VII ini, AgFor berpartisipasi dalam dua komponen acara, yaitu dalam Informasi Galeri (stand pameran) dan diskusi Side Events.

Partisipasi AgFor dalam Informasi Galeri bertujuan untuk berbagi pengetahuan dan pencapaian yang telah dihasilkan dalam empat tahun operasionalnya. Kepada lebih dari 700 pengunjung selama dua hari pameran, tim AgFor berbagi informasi dan ilmu seputar agroforestri melalui brosur, lembar informasi, video dan infografiknya. Selain tertarik pada produk publikasi, para pengunjung juga menunjukkan minat yang tinggi pada produk madu tiris dari Koperasi Mpu di Desa Uluiwoi, Sulawesi Tenggara. Madu yang diproduksi oleh kelompok tani binaan AgFor ini adalah madu yang ditiriskan sehingga lebih bersih dan higienis; berbeda dengan madu peras yang dikelola secara tradisional pada umumnya. Selain itu proses pengambilan madu hutan oleh kelompok binaan juga sudah dilakukan secara lestari yaitu dengan hanya mengambil kepala sarangnya saja sehingga lebah bisa lebih cepat dalam memproduksi madu lagi. Prosesnya yang unik, higienis dan ramah lingkungan menambah ketertarikan pengunjung untuk mendapatkannya.

Pada diskusi Side Events, AgFor berbagi panggung dengan Oxfam dan Kopernik untuk memaparkan praktik cerdas mengenai pemberdayaan lingkungan untuk perbaikan ekonomi dan taraf kehidupan. Awaluddin, Market Access Facilitator AgFor, mengungkapkan bahwa, pendekatan fasilitasi pemasaran yang dilaksanakan oleh proyek AgFor Sulawesi dilaksanakan berdasarkan kebutuhan. Selain itu perbedaan pendekatan dilakukan pada komoditi yang berbeda dan lokasi yang berbeda, dengan mempertimbangkan kebutuhan kelompok tani serta struktur rantai nilai pemasaran yang sudah berjalan pada masyarakat setempat.

Ibu Fatmawati, petani binaan AgFor dari Desa Jene Tallasa, Bantaeng, memberikan testimoni setelah pemaparan Awaluddin, Market Access Facilitator AgFor di Gorontalo.Untuk meningkatkan akses pemasaran produk kelompok dampingan, AgFor membangun kerjasama partisipatif dengan multi pihak melalui beberapa pola pendekatan, antara lain  dengan menggunakan pola efisiensi nilai rantai pada pemasaran kopi, pola kelembagaan pada pemasaran madu hutan, dan pola kemitraan pada pemasaran bibit. Meskipun menggunakan beberapa pendekatan yang berbeda, namun semua upaya tersebut dilakukan untuk mengembangkan akses pemasaran dan peningkatan standar produk yang bermuara pada peningkatan pendapatan petani melalui sistem agroforestri dan sistem pengelolaan sumberdaya alam yang adil dan berkelanjutan. Pemaparan ini didukung dengan testimoni dari Ibu Fatmawati, petani dari Desa Jene Tallasa, Sulawesi Selatan, yang telah memasarkan sendiri produksi hasil kebunnya.

Peserta FKTI yang berpartisipasi dari mulai acara pembukaan pada tanggal 17 November 2015 pagi sampai dengan acara penutupan tanggal 18 November 2015 sore jumlahnya tidak kurang dari 1000 orang. Dan semua lapisan peserta ini berpartisipasi aktif mengikuti berbagai kegiatan: galeri informasi, curah ide, praktik cerdas dan diskusi. “KTI adalah masa depan Indonesia. Mari kita jaga keberlangsungannya dan terapkan dalam hidup sehari-hari semua praktik cerdas yang kita dapat  bersama dalam forum ini,” ujar Ibu Winarni Monoarfa, Sekda Provinsi Gorontalo yang menjabat sebagai Ketua POKJA Forum KTI VII saat menyampaikan pidato pembukaannya.

Related-Area: 
field_vote: 
No votes yet