BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Cari Metode Pemetaan Gambut, Gelar Kompetisi

Cari Metode Pemetaan Gambut, Gelar Kompetisi
J Galuh Bimantara
Siang | 2 Februari 2016 19:59 WIB

JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah melalui Badan Informasi Geospasial (BIG) meluncurkan Indonesian Peat Prize. Itu adalah kompetisi yang dapat diikuti berbagai kalangan guna memberikan metode pemetaan lahan gambut yang lebih cepat dan akurat dalam mengukur luas serta ketebalan rawa gambut di Indonesia.

Perhelatan kompetisi didukung David dan Lucile Packard Foundation. Hadiah yang disediakan 1 juta dollar AS dan World Resources Indonesia (WRI) dipercaya sebagai pengelola serta pelaksana kompetisi internasional ini.

Kepala BIG Priyadi Kardono menuturkan, kompetisi ini akan menggabungkan keterampilan, kerja sama, dan kreativitas dari seluruh Indonesia, dan masyarakat dunia dalam menjawab salah satu tantangan besar pada zaman ini.

"Kami mencari metode yang bisa berlaku nasional, tidak hanya pada daerah tertentu," kata Priyadi, Selasa (2/2/2016), dalam sosialisasi Indonesian Peat Prize.

Setidaknya terdapat tiga pulau besar yang memiliki rawa gambut, yaitu Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Dalam sosialisasi tersebut, turut hadir Direktur WRI Tjokorda Nirarta Samadhi, Ketua Himpunan Gambut Indonesia yang juga Guru Besar Institut Pertanian Bogor Supiandi Sabiham, serta pakar gambut Universitas Gadjah Mada, Azwar Maas.

Pemetaan gambut menjadi langkah penting untuk konservasi rawa gambut mengingat kebakaran hutan dan lahan tahun lalu juga terjadi di rawa gambut. Ketika sudah terbakar, api di rawa gambut sangat sulit dipadamkan dan biasanya padam saat sudah memasuki musim hujan.

Kebakaran selama Juni-Oktober menerjang lebih dari 2 juta hektar lahan dan menurut perhitungan Bank Dunia mengakibatkan kerugian ekonomi sekitar Rp 221 triliun. Selain itu, kajian Guido van der Werf yang dilansir Eco-business.com, emisi gas rumah kaca dari kebakaran hutan dan lahan tahun lalu setara 1 miliar ton ekuivalen gas karbon dioksida atau lebih dari emisi satu tahun Jerman (Kompas, 27/1).

Supiandi Sabiham juga menjadi salah satu ketua bersama tim penilai. "Akurat, cepat, dan biaya terjangkau. Itu yang menjadi dasar utama bagi para peserta seleksi," ujarnya.

Ia menambahkan, peserta yang terlibat diminta untuk menghasilkan metode yang bisa untuk membuat peta dengan skala 1 banding 50.000. Selama ini, peta rawa gambut yang ada dan dijadikan acuan menggunakan skala 1 banding 250.000 dan dinilai sangat tidak memadai untuk pengambilan kebijakan.

Sumber: http://print.kompas.com/baca/2016/02/02/Cari-Metode-Pemetaan-Gambut-Gelar-Kompetisi

Related-Area: