BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Kompetisi untuk Standarkan Metode

PEMETAAN GAMBUT
Kompetisi untuk Standarkan Metode
Ikon konten premium Cetak | 3 Februari 2016 Ikon jumlah hit 28 dibaca Ikon komentar 0 komentar

JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah melalui Badan Informasi Geospasial mengadakan kompetisi Indonesian Peat Prize untuk memilih satu metode pemetaan rawa gambut terbaik. Metode dari pemenang akan menjadi standar nasional di seluruh Indonesia sehingga tak ada lagi peta berbeda, misalnya dari sisi luas rawa gambut, untuk objek yang sama.

Indonesian Peat Prize diluncurkan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya di Jakarta, Selasa (2/2). "Kami punya peta yang antara lain dibuat BIG (Badan Informasi Geospasial), Kementerian Pertanian, dan Wetlands International," kata Kepala Badan Restorasi Gambut (BRG) Nazir Foead.

Semua lembaga pembuat peta selama ini menyatakan peta buatan mereka benar, tetapi berbeda-beda karena tak menggunakan metode standar. Padahal, peta penting untuk tugas BRG menentukan zona lindung dan budidaya pada rawa gambut.

Kepala BIG Priyadi Kardono menuturkan, untuk bisa membuat zonasi akurat, butuh peta rinci setidaknya 1: 50.000 (1 sentimeter di peta mewakili 500 meter di lapangan). Peta yang tersedia baru 1:250.000.

Untuk itu, berbagai kalangan bisa berkompetisi menghasilkan metode standar nasional pemetaan berskala 1:50.000 melalui Indonesian Peat Prize. Peserta bisa mahasiswa, perguruan tinggi, LSM, atau swasta. Peserta juga bisa tim dan lintas lembaga.

Hadiah hanya untuk satu pemenang sebesar 1 juta dollar AS (Rp 13,69 miliar dengan kurs Rp 13.698 per dollar AS), disponsori David and Lucile Packard Foundation. World Resources Indonesia menjadi pelaksana kompetisi. Pendaftaran peserta ditutup Mei 2016. "Kami mencari metode akurat, cepat, tetapi tidak mahal," ujar Priyadi.

Deputi Bidang Informasi Geospasial Tematik BIG Nurwadjedi mengatakan, pengumuman pemenang Oktober 2017. Metode harus diuji coba pada musim kemarau dan hujan.

Tidak menunggu

Nazir menuturkan, kerja BRG tidak akan menunggu kompetisi usai. Kini, lembaga itu punya empat area gambut prioritas: Pulang Pisau (Kalimantan Tengah), Musi Banyuasin dan Ogan Komering Ilir (Sumatera Selatan), serta Kepulauan Meranti (Riau).

Saat ini, peta berskala 1:50.000 baru tersedia untuk Kepulauan Meranti. Nazir menargetkan peta berskala serupa untuk tiga lokasi lain selesai tahun ini. (JOG)

Sumber: http://print.kompas.com/baca/2016/02/03/Kompetisi-untuk-Standarkan-Metode

Related-Area: