BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Panduan Mendidik Anak bagi Orangtua DisiapkanPemerintah Akan Bentuk Struktur Keayahbundaan

Panduan Mendidik Anak bagi Orangtua Disiapkan
Pemerintah Akan Bentuk Struktur Keayahbundaan
JAKARTA, KOMPAS — Guna mendampingi orangtua dalam membina sikap dan karakter anak, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan menyusun modul atau panduan. Menurut rencana, panduan itu disebarkan melalui situs khusus yang bisa menjadi acuan. Hal itu menjadi salah satu tugas direktorat keayahbundaan yang segera terbentuk.
Panduan atau modul yang juga disebut parent tool kit tersebut sifatnya seperti acuan atau referensi. Pembentukan direktorat khusus yang menangani pendidikan bagi orangtua, yang untuk sementara bernama direktorat keayahbundaan itu, sama sekali tidak bermaksud mengintervensi privasi orangtua dalam mendidik anak.
Itu dikemukakan Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Ella Yullaelawati, saat ditemui di ruangannya di Jakarta, Kamis (22/1). ”Pemerintah nyaris tak hadir dalam pendidikan orangtua. Jika untuk membina karakter dan pendidikan, mengapa tidak? Masih ada orangtua menyerahkan pendidikan anak sepenuhnya ke sekolah,” tutur Ella.
Padahal, anak tak hanya menjadi tanggung jawab sekolah atau orangtua, tetapi juga negara. Artinya, pemerintah harus hadir sebagai mitra orangtua atau tempat mengadu jika ada kesulitan. ”Orangtua dan anak jangan dibiarkan sendiri,” kata Ella.
Pada kesempatan terpisah, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan juga menegaskan, direktorat keayahbundaan itu merupakan pusat mencari informasi bagi orangtua agar bisa mengetahui perkembangan fisik, mental, dan akademik anak. ”Sekarang kalau mau tanya soal itu, harus ke mana?” ujarnya.
Guru mempunyai bahan panduan untuk mendidik peserta didik, tetapi orangtua belum punya. ”Strukturnya belum final. Namun, jangan strukturnya yang dibicarakan. Yang penting kegiatan dan sumber informasi yang akan diberikan,” kata Anies.
Layanan dalam pendidikan keayahbundaan antara lain pembinaan prestasi dan motivasi, pendidikan kecakapan hidup sehat dan bugar, serta pendidikan karakter dan kepribadian. Kegiatannya bisa berupa pelatihan pranikah, pelatihan keayahbundaan, kecakapan hidup dan gizi, serta pemberdayaan.
Mitra kerja
Direktorat keayahbundaan, dalam menjalankan program dan kegiatannya, akan menjalin kerja sama dengan komite sekolah, komite orangtua pendidikan anak usia dini, dan persatuan orangtua mahasiswa. Keberadaan mitra itu penting karena pemerintah tidak dapat langsung mendatangi setiap orangtua di Indonesia.
”Kerja sama ini basisnya ada di sekolah atau institusi pendidikan lain. Kita tidak langsung melatih orangtua, tetapi memberi bantuan ke rumah pintar atau pusat kegiatan belajar masyarakat. Ini yang kita lakukan dalam program keorangtuaan,” kata Ella.
Program bagi orangtua bukan hal baru. Program serupa sudah ada, tetapi baru sebatas orangtua yang memiliki anak bersekolah di lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD), terutama nonformal. Orangtua yang mengantar anak diajak membantu anak belajar dan bermain di PAUD.
Program keorangtuaan itu sudah menjangkau 45 persen kabupaten/kota. Itu belum optimal karena sebatas memberi wawasan pentingnya peran orangtua dalam mendidik anak sedini mungkin, meningkatkan ketahanan pangan keluarga, memahami gizi dan pola hidup sehat, mencegah perilaku destruktif, serta menerapkan pengarusutamaan jender. (LUK)

JAKARTA, KOMPAS — Guna mendampingi orangtua dalam membina sikap dan karakter anak, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan menyusun modul atau panduan. Menurut rencana, panduan itu disebarkan melalui situs khusus yang bisa menjadi acuan. Hal itu menjadi salah satu tugas direktorat keayahbundaan yang segera terbentuk.Panduan atau modul yang juga disebut parent tool kit tersebut sifatnya seperti acuan atau referensi. Pembentukan direktorat khusus yang menangani pendidikan bagi orangtua, yang untuk sementara bernama direktorat keayahbundaan itu, sama sekali tidak bermaksud mengintervensi privasi orangtua dalam mendidik anak.

Itu dikemukakan Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Ella Yullaelawati, saat ditemui di ruangannya di Jakarta, Kamis (22/1). ”Pemerintah nyaris tak hadir dalam pendidikan orangtua. Jika untuk membina karakter dan pendidikan, mengapa tidak? Masih ada orangtua menyerahkan pendidikan anak sepenuhnya ke sekolah,” tutur Ella.
Padahal, anak tak hanya menjadi tanggung jawab sekolah atau orangtua, tetapi juga negara. Artinya, pemerintah harus hadir sebagai mitra orangtua atau tempat mengadu jika ada kesulitan. ”Orangtua dan anak jangan dibiarkan sendiri,” kata Ella.

Pada kesempatan terpisah, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan juga menegaskan, direktorat keayahbundaan itu merupakan pusat mencari informasi bagi orangtua agar bisa mengetahui perkembangan fisik, mental, dan akademik anak. ”Sekarang kalau mau tanya soal itu, harus ke mana?” ujarnya.

Guru mempunyai bahan panduan untuk mendidik peserta didik, tetapi orangtua belum punya. ”Strukturnya belum final. Namun, jangan strukturnya yang dibicarakan. Yang penting kegiatan dan sumber informasi yang akan diberikan,” kata Anies.

Layanan dalam pendidikan keayahbundaan antara lain pembinaan prestasi dan motivasi, pendidikan kecakapan hidup sehat dan bugar, serta pendidikan karakter dan kepribadian. Kegiatannya bisa berupa pelatihan pranikah, pelatihan keayahbundaan, kecakapan hidup dan gizi, serta pemberdayaan.

Mitra kerjaDirektorat keayahbundaan, dalam menjalankan program dan kegiatannya, akan menjalin kerja sama dengan komite sekolah, komite orangtua pendidikan anak usia dini, dan persatuan orangtua mahasiswa. Keberadaan mitra itu penting karena pemerintah tidak dapat langsung mendatangi setiap orangtua di Indonesia.

”Kerja sama ini basisnya ada di sekolah atau institusi pendidikan lain. Kita tidak langsung melatih orangtua, tetapi memberi bantuan ke rumah pintar atau pusat kegiatan belajar masyarakat. Ini yang kita lakukan dalam program keorangtuaan,” kata Ella.

Program bagi orangtua bukan hal baru. Program serupa sudah ada, tetapi baru sebatas orangtua yang memiliki anak bersekolah di lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD), terutama nonformal. Orangtua yang mengantar anak diajak membantu anak belajar dan bermain di PAUD.

Program keorangtuaan itu sudah menjangkau 45 persen kabupaten/kota. Itu belum optimal karena sebatas memberi wawasan pentingnya peran orangtua dalam mendidik anak sedini mungkin, meningkatkan ketahanan pangan keluarga, memahami gizi dan pola hidup sehat, mencegah perilaku destruktif, serta menerapkan pengarusutamaan jender. (LUK)

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000011562442

Related-Area: