BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Program Perlindungan Sosial Tak Manjur Pangkas Kesenjangan

Program Perlindungan Sosial yang diberikan oleh pemerintah dianggap masih kurang ampuh untuk mengurangi kesenjangan.

Sebab, skema bantuan yang terdiri dari Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM), Bantuan Siswa Miskin (BSM), Beras Untuk Masyarakat Sejahtera (Rastra), dan Program Keluarga Harapan (PKH) tak bisa membuat rasio gini Indonesia ke angka 0,36 sesuai target Rencana Jangka Panjang Menengah Nasional (RPJMN).

Hal itu didasarkan atas penelitian yang dilakukan oleh Smeru Research Institue dengan berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2015 dan tahun 2014 untuk penerima PKH. 

Secara lebih rinci, Peneliti Smeru Asep Suryahadi menjelaskan dampak masing-masing bantuan terhadap ketimpangan jika semuanya dilakukan sendiri-sendiri.

Hasilnya, program BLSM hanya mampu menurunkan gini rasio dari 0,407 ke angka 0,402. Sementara itu, untuk program BSM, Rastra, dan PKH masing-masing hanya mampu membawa rasio gini ke angka 0,402, 0,404, dan 0,397. Angka ini masih terpaut jauh dibanding target

“Dari sini terlihat bahwa bantuan perlindungan sosial tidak efektif dalam menurunkan tingkat ketimpangan. Yang paling kecil dampaknya adalah BSM karena sifatnya kan pembentuk human capital, sehingga tidak eligible untuk dikaitkan dengan ketimpangan dalam jangka pendek,” jelas Asep, Kamis (19/10).

Hal serupa juga terjadi jika jumlah penerima program sesuai target dan menerima seluruh bantuan sosial. Skenario pertama, jika BSM digabung dengan BSLM, maka itu bisa membuat rasio gini ke angka 0,39. Adapun hasil serupa didapat jika program BLSM digabung dengan raskin.

Sementara itu, jika BLSM, BSM, dan rastra digabung, maka itu hanya bisa menurunkan rasio gini ke angka 0,39. 

“Namun, jika nilai bantuan diberikan hingga tiga kali lipat, rasio gini bisa turun ke angka 0,36 sesuai target RPJMN,” paparnya.

Ampuh Pangkas Kemiskinan

Meski dianggap tak efektif menurunkan ketimpangan, program perlindungan sosial dianggap ampuh menurunkan tingkat kemiskinan. Berdasarkan penelitian yang sama, rastra bisa menurunkan tingkat kemiskinan dari 11,2 persen dari total masyarakat Indonesia di tahun 2015 ke angka 9,8 persen.

PKH dan rastra bisa menurunkan tingkat kemiskinan ke angka 7,9 persen dan 10 persen, sesuai target RPJMN yakni 10 persen. Namun, pengaruh BSM tidak signifikan, yakni hanya mampu menurunkan tingkat kemiskinan ke angka 10,4 persen.

“Kami pun tak bisa berharap terlalu banyak kepada BSM untuk current poverty. BSM ini untuk mendorong human capital, dampaknya poverty tidak besar,” lanjutnya.
Kondisi ini, lanjutnya, bisa semakin membaik jika pemerintah bisa memastikan seluruh program perlindungan sosial ini tepat sasaran dan nilainya dilipatgandakan. 

Jika nilai BLSM, BSM, dan rastra dikalikan tiga dan seluruh penerimanya tepat guna, maka angka kemiskinan bisa jauh turun ke angka 2,7 persen.

“Karena efektif mengurangi kemiskinan, maka penyalurannya harus akurat penargetan, memperluas cakupan, dan meningkatkan benefit. Maka dari itu, kami menilai, penambahan jumlah penerima PKH di tahun depan sudah melangkah ke arah yang tepat,” pungkasnya.

 

Sumber: https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20171020100403-78-249684/program-perlindungan-sosial-tak-manjur-pangkas-kesenjangan/