BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Siapkan Bisnis Baru di Gambut

REstorasi
Siapkan Bisnis Baru di Gambut
3 Februari 2016

JAKARTA, KOMPAS — Budidaya tanaman lahan kering di rawa gambut yang dikeringkan terbukti gagal dikelola yang menimbulkan kebakaran hutan dan lahan berulang. Pemilik bisnis diminta mulai menyusun perencanaan bisnis baru untuk secara periodik mengganti jenis tanaman lahan kering itu dengan tanaman lokal yang bisa tumbuh di lahan basah.

Restorasi gambut yang mulai dijalankan pemerintah pun diharapkan menyentuh hal ini agar gambut kembali basah dan tetap membawa hasil ekonomi bagi perusahaan dan masyarakat. Hal itu juga menjamin usaha berkelanjutan karena meminimalkan risiko terbakar dan tekanan sosial/pasar akibat isu asap.

"Kalau mau optimalkan hasil dan keuntungan, risiko jadi tinggi. Pilihan harus diubah dari mengoptimalkan keuntungan atau hasil, menjadi meminimalkan risiko," kata Satyawan Pudyatmoko, Ketua Ahli Perubahan Iklim dan Kehutanan, Selasa (2/2), di sela-sela diskusi Pendanaan Hijau pada Festival Iklim di Jakarta Convention Center.

Satyawan yang juga Dekan Fakultas Kehutanan UGM mengatakan, keuntungan ekonomi dari budidaya tanaman lahan kering tak sepadan dengan kerugian dari risiko kebakaran. Bank Dunia mencatat, kerugian akibat kebakaran hutan dan lahan pada 2015 di Indonesia mencapai Rp 210 triliun, belum termasuk dampak kesehatan dan lingkungan.

Ia mengatakan, tanaman lokal hingga kini masih belum ada yang memiliki produktivitas seperti tanaman akasia, tetapi dari risiko lingkungan dan kebakarannya lebih kecil.

Penelitian Balai Penelitian Kehutanan Palembang Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menunjukkan, budidaya tanaman lokal bisa menggunakan ramin, jelutung, punak, dan meranti rawa yang bisa digabung dengan penanaman nanas dan budidaya perikanan. Pertumbuhan meranti rawa (Shorea belangeran) memiliki persentase hidup 96 persen, riap tinggi 150 cm per tahun, dan riap diameter 3,5 cm per tahun. Pertumbuhan diameter ini hampir mirip dengan tanaman monokultur akasia.

Sementara itu, Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin mengatakan, tiga hari ke depan pihaknya akan meluncurkan desa-desa peduli api untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan. "Mereka, termasuk kepala desa, dilatih, dilengkapi peralatan, dan diberi insentif," katanya.

Pencegahan dini kebakaran efektif dilakukan pada kebakaran di gambut. Alex menyebut, ada 102 desa dilanda kebakaran hutan/lahan pada 2015 di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Musi Banyuasin, Banyuasin, dan Ogan Ilir. Namun, baru 19 desa peduli api. (ICH)

Sumber: http://print.kompas.com/baca/2016/02/03/Siapkan-Bisnis-Baru-di-Gambut

Related-Area: