BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Sosialisasi terhadap Remaja Minim

 hiv/aids
Sosialisasi terhadap Remaja Minim

SEMARANG, KOMPAS — Kalangan remaja selama ini cenderung terabaikan dalam upaya penanggulangan penyebaran HIV di Tanah Air. Padahal, di Jawa Tengah, sekitar 9,8 persen dari total jumlah kasus HIV adalah remaja usia 15-24 tahun.

Penularan HIV pada remaja di wilayah itu sebagian besar disebabkan hubungan seksual pranikah. Karena itu, remajaperlu mendapat perhatian serius terkait kesehatan reproduksi dan faktor risiko lain infeksi HIV.

Direktur Eksekutif Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jateng Elisabeth Widyastuti, Senin (1/9), di Kota Semarang, Jateng, menyebut, jumlah kasus HIV di Jateng yang terdeteksi hingga Desember 2013 mencapai 4.472 orang, dan mereka yang AIDS 3.800 orang. Dari total jumlah kasus itu, 899 orang telah meninggal.

”Yang memprihatinkan, jumlah remaja yang terinfeksi HIV hampir 10 persen. Dari jumlah itu, 75 persen di antaranya berada di Kota Semarang. Ini adalah fenomena gunung es yang berarti jumlah sebenarnya bisa jauh lebih besar,” kata Elisabeth.

Penyebab utama penularan HIV di kalangan remaja terutama melalui hubungan seksual. Perilaku seks pranikah di kalangan remaja itu berdampak pada penularan HIV dan kehamilan di usia dini yang berakibat penolakan siswi di sekolah.

”Selama ini remaja cenderung terlupakan. Banyak program pemerintah menyasar anak-anak, lalu melompat untuk orang dewasa. Usia remaja yang juga rentan justru dibombardir dengan berbagai informasi komersial yang mengakibatkan remaja menjadi konsumtif, mulai dari kosmetik, gaya hidup, rokok, hingga narkoba,” kata Elisabeth.

Sementara itu, ruang bagi remaja untuk mengekspresikan diri amat minim. Agar bisa bermain bola, misalnya, remaja harus membayar sewa lapangan, harus menyewa studio untuk bermain band, dan harus ikut sanggar untuk menari ataupun bermain teater. Ruang-ruang publik yang tersedia tak cukup representatif untuk mengakomodasi bakat atau kesenangan mereka.

Anggota staf program PKBI pusat, Slamet Riyadi, menyebutkan, hal itu membuat remaja rentan terpengaruh hal negatif, apalagi pengawasan dari orangtua minim. Karena itu, pendidikan dan kesehatan reproduksi bagi remaja perlu perhatian serius.

Sementara itu, wanita narapidana positif HIV di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Jantho, Kabupaten Aceh Besar, berinisial S (33) kurang mendapat perhatian medis dari pemerintah. Setelah tiga bulan dinyatakan positif HIV, ia hanya mendapat obat, tetapi tak mendapat pengawasan medis.

Kepala Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Jantho Said Mahdar, di Jantho, Senin, mengatakan, S merupakan narapidana kasus narkoba. Ia terdeteksi positif HIV saat diperiksa tim medis dari Rumah Sakit Zainul Abidin Banda Aceh yang datang ke Rumah Tahanan Jantho Mei lalu.

Penyebaran HIV di Aceh mengkhawatirkan. Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Aceh mencatat, 131 orang dengan HIV/AIDS di Aceh pada 2011. Angka itu naik menjadi 234 orang pada 2013 dan pada Juni 2014 mencapai 272 orang. (UTI/DRI)



Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000008645605

Related-Area: