BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Memutus Lingkaran Kemiskinan dan Disabilitas di Sulawesi Selatan

Sulawesi Selatan merupakan salah satu provinsi dengan tingkat pertumbuhan ekonomi tertinggi di Indonesia yang seharusnya dapat membantu masyarakat keluar dari lingkaran kemiskinan. Tetapi angka disabilitas yang tinggi mengisyaratkan bahwa masih banyak masyarakat yang tertinggal meskipun ada perbaikan ekonomi.

Melalui Kemitraan Riset Indonesia dan Australia (PAIR), tim peneliti akan mendokumentasikan kehidupan para penyandang disabilitas dan isu-isu yang berdampak pada mereka, terutama selama pandemi COVID-19, dan mengembangkan strategi untuk membantu mengeluarkan mereka dari situasi yang rentan.

Hasil penelitian mereka akan memberikan dasar dan bukti bagi pembuat kebijakan untuk mendukung dan memberdayakan para penyandang disabilitas dengan lebih baik. Penelitian tersebut juga menggunakan lensa gender untuk memahami bagaimana perempuan dan laki-laki penyandang disabilitas terkena dampak yang berbeda.

Melibatkan isu disabilitas sangat penting untuk mewujudkan pembangunan yang inklusif, masyarakat yang sehat dan produktif. Tenaga kerja yang sehat dan berpendidikan merupakan kontributor utama pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Namun tingginya tingkat disabilitas di Indonesia dan Sulawesi Selatan dapat menjadi penghalang dalam upaya mencapai tujuan tersebut. Pendapatan ekonomi dan kualitas hidup yang lebih baik dari para penyandang disabilitas dapat mendorong pertumbuhan dan memajukan kelompok yang paling rentan di masyarakat ini.

Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia berupaya memetakan tingkat disabilitas di setiap provinsi dengan menggunakan parameter luas untuk mengukur disabilitas yang telah ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia. Studi ini menemukan bahwa di Indonesia, sebanyak 22,0% responden survei Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2018 oleh Kementerian Kesehatan yang berusia 18-59 tahun dilaporkan menderita disabilitas sebelum survei tersebut dilaksanakan (RISKESDAS, 2018), sedangkan angka global hanya mencapai 15%. Angka ini lebih tinggi lagi untuk Sulawesi Selatan, yaitu 33,6% (RISKESDAS, 2018).

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 Indonesia telah menjadikan pembangunan manusia sebagai prioritas kebijakan. Rencana tersebut berfokus pada kesehatan ibu hamil dan anak-anak dan bertujuan untuk mengurangi stunting serta kematian ibu dan bayi. Rencana tersebut juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan termasuk pengembangan sekolah vokasi, membangun lembaga manajemen talenta Indonesia dan mendukung diaspora berbakat bangsa. RPJMN ini juga menetapkan target tinggi untuk membantu dan memajukan para penyandang disabilitas. Pemerintah Indonesia berencana untuk mengambil pendekatan multisektoral dalam penerapan berbagai kebijakan dan program untuk menangani berbagai tantangan yang dihadapi oleh para penyandang disabilitas.

Di tingkat provinsi, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan telah menjabarkan tujuannya dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Sulawesi Selatan untuk periode 2018-2023. Rencana tersebut menetapkan tujuan yang ambisius untuk mendukung penyandang disabilitas. Namun, COVID-19 telah menambah sejumlah tantangan. Saat ini, pemerintah dan LSM bekerja sama untuk mendukung para penyandang disabilitas yang terkena dampak pandemi.

Disebutkan oleh Dr Ishak Salim, Co-Founder dari Pergerakan Difabel Indonesia untuk Kesetaraan (PerDIK) dan anggota Dewan Penasihat Riset PAIR, bahwa lingkungan tempat tinggal para penyandang disabilitas juga perlu untuk diperhatikan. “Jika kita berbicara tentang pemberantasan atau pengentasan kemiskinan, kita juga harus berbicara tentang isu disabilitas dan lingkungan sosial yang melumpuhkan mereka”, ujarnya.

Lingkungan yang melumpuhkan penyandang disabilitas adalah lingkungan yang menahan mereka untuk berpartisipasi penuh dalam aktivitas ekonomi dan kemasyarakatan. Hal tersebut melingkupi berbagai faktor seperti ‘lingkungan fisik (infrastruktur), lingkungan sosial dan perilaku masyarakat tempat mereka tinggal’ (Visagie, et al, 2017), dalam hal ini juga termasuk faktor geografis, sosial dan struktural.

Penulis:

Fadhilah Trya Wulandari
Manajemen Program PAIR
The Australia-Indonesia Centre

Marlene Millott
Manajemen Program PAIR
The Australia-Indonesia Centre

Artikel ini bersumber dari: https://pair.australiaindonesiacentre.org/penelitian/kaum-muda/memutus-lingkaran-kemiskinan-dan-disabilitas-di-sulawesi-selatan/?lang=id