BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

PENATA-KELOLAAN KOTA DAN PERKOTAAN: PULAU SULAWESI KE DEPAN

Oleh : A.M.Sallatu

Pokja Forum KTI Sulawesi Selatan/Koordinator Jaringan Peneliti KTI (JiKTI)

Perkembangan kehidupan kota dan perkotaan di dunia dalam beberapa dekade terakhir, semakin menunjukkan peran signifikan dan strategisnya sebagai wilayah penggerak utama pembangunan dan pertumbuhan ekonomi setiap negara. Kota dan perkotaan telah berkembang sangat dinamis dengan membawa dampak yang luas dalam perkembangan peradaban manusia. Dewasa ini di tanah air, sulit menyangkal bahwa perkembangan kehidupan kota dan perkotaan sudah menjadi simbol kemajuan. Realitas tersebut telah secara langsung berpengaruh pada perkembangan wilayah-wilayah lain disekitarnya. Dalam cukup banyak hal bersifat positif, tetapi tidak sedikit dampak negatif yang juga ditimbulkannya, baik dalam wilayah kota dan perkotaan itu sendiri maupun bagi wilayah-wilayah disekitarnya.

Di tanah air, bukan hanya jumlah kota yang semakin bertambah dari waktu ke waktu. Bahkan secara administratif dan politik, pada setiap kabupaten  juga semakin dikukuhkan sebagai memiliki keberadaan ciri kehidupan perkotaan. Perimbangan antara ciri kehidupan kota dan perkotaan di satu pihak, dan ciri kehidupan perdesaan di lain pihak, nampaknya sudah akan berimbang dalam abad XXI ini. Apakah kecenderungan perkembangan seperti ini akan baik atau sebaliknya, belum banyak kajian yang mengungkapkan hasil analisisnya. Namun, satu hal yang pasti, sorotan perhatian terhadap perkembangan kota dan perkotaan perlu segera dilakukan.

Perkembangan kota dan perkotaan yang sangat dinamis di tanah air, sudah disadari menciptakan akumulasi permasalahan yang sangat-sangat kompleks. Manajemen kota dan perkotaan sudah sangat tidak mudah dikelola. Padahal kota dan perkotaan sudah tidak hanya merupakan pilar pembangunan, tetapi sekaligus menjadi tumpuan kehidupan yang secara langsung dan tidak langsung berpengaruh pada kehidupan masyarakat perdesaan. Secara global sudah disadari bahwa kompleksitas permasalahan kota dan perkotaan, sudah setara dengan kompleksitas permasalahan yang dihadapi setiap negara bangsa (nation state). Terutama karena ditandai oleh dua ciri utama, yaitu cakupan wilayah pengaruh dan keterkaitannya yang semakin luas, dan pertumbuhan populasi penduduknya yang pesat.

Di dunia, cities (kota-kota) telah berkembang menjadi megacities, dan selanjutnya semakin mengintegrasikan perkembangannya sehingga menciptakan apa yang disebut megacities. Dicontohkan, Tokyo-Nagoya-Kyoto-Kobe telah berbentuk megacities, yang pada tahun 2015 yad diperkirakan akan berpopulasi 60 juta jiwa. Tahun 2010, Hongkong China-Shensen-Guandong sudah berpenduduk sekitar 120 juta jiwa. Indonesia, sebagai negara yang berpenduduk terbesar ke-empat, ke depan bisa diprediksi akan mengalami kecenderungan perkembangan yang kurang lebih sama.

Wilayah Maminasata saat ini sudah dihuni oleh lebih dari sepertiga penduduk Sulawesi Selatan. Sepanjang Trans-Sulawesi, mulai dari Makassar sampai ke Manado, akan semakin ditandai oleh kehidupan dengan ciri perkotaan. Hampir setiap Ibukota Provinsi di Sulawesi, sudah merupakan penyumbang terbesar dalam skala pembangunan regionalnya. Namun dewasa ini, sesuai tahapan perkembangan pembangunan masing-masing propinsi, sudah sangat dirasakan betapa kompleksnya tata-kelola kota dan perkotaan di Sulawesi. Itu berarti, permasalahan pembangunan kota dan perkotaan yang dihadapi di Sulawesi, sudah merupakan permasalahan integral maing-masing provinsi dan ‘koridor’ Sulawesi secara keseluruhan.

Peran dan kontribusi Sulawesi dalam kerangka pembangunan nasional, saat ini maupun dan apalagi ke depan, akan banyak ditentukan oleh pengelolaan kota dan perkotaan. Kota dan perkotaan di Sulawesi, sepatutnya dicermati sebagai sesuatu yang bersifat menyeluruh dan terintegrasi. Oleh karena itu, kinerja sistem penata-kelolaan kota dan perkotaan di Pulau Sulawesi sudah menjadi suatu kebutuhan mendesak.

Para pengelola kota dan perkotaan se Sulawesi sudah saatnya untuk dapat duduk bersama memikirkan tantangan nyata yang akan dihadapi ke depan. Betapapun kompleksnya sifat permasalahan kota dan perkotaan, tetapi tidak sepatutnya hanya dicermati dari kepentingan wilayahnya sendiri. Kota dan perkotaan juga memiliki tanggung-jawab pembangunan yang jauh lebih besar dan lebih luas dari batas-batas wilayahnya sendiri. Dan memang sudah seperti itu, realitas perkembangan yang terjadi selama ini.

Persoalannya, sebagaimana juga dalam perkembangan kota dan perkotaan secara global, di tanah air pun peran tingkatan pemerintahan diatasnya, nampak kurang optimal dalam memberikan dukungan dan fasilitasi. Bahkan, dalam banyak hal, keberadaan dan fasilitasi mitra pembangunan biasanya lebih efektif, setidaknya sebagai katalisator dalam mendorong inisiasi ide-ide lokal dan menghimpun praktik cerdas pembangunan. Hal ini menjadi sebuah kebutuhan awal dalam penata-kelolaan  kota dan perkotaan Pulau Sulawesi ke depan.