BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Ayo Berwisata ke Lore Lindu!

Ayo Berwisata ke Lore Lindu!

    Written by  Mongabay-Green Radio
    Sat,16 August 2014 | 13:50

Di kawasan ini ada 117 jenis mamalia, 88 jenis burung, 29 jenis reptilia, dan 19 jenis amfibia. Lebih dari 50% satwa endemik Sulawesi. Kawasan itu juga memiliki obyek wisata andalan tersebar di sepanjang Taman Lore Lindu. Ada obyek wisata bird watching di Padeha, air terjun Wuasa dan Kolori, air panas Watumaeta dan Lengkeka. Juga, camping ground di Wuasa, arung jeram di Sungai Lariang, Gintu.


Ditambah lagi, batuan-batuan situs Batu Megalith tersebar di lembah Bada dan Besoa. Wisata budaya etnik lokal di Lembah Napu dan Bada yang unik. Bagi yang ingin berkunjung tempat ini bisa perjalanan darat sekitar 3,5 jam dari Palu atau 1,5 jam dari Poso.


Secara administratif, daerah ini terletak di dua kabupaten, yakni Sigi dan Poso atau 60 kilometer selatan Palu, tidak jauh dari Danau Poso. Tempat wisata ini juga berperan sebagai daerah tangkapan air dan pengendali bencana. Ada dua daerah aliran sungai (DAS), Gumbasa dan Lariang. Ia bernilai ekonomi besar bagi pengairan sawah dan kebutuhan sehari-hari.


Lore Lindu sejak 1977 ditetapkan Unesco sebagai cagar biosfer jauh sebelum penetapan sebagai taman nasional oleh pemerintah Indonesia.


Lore Lindu baru-baru ini kedatangan tamu peneliti yang tengah melakukan studi kelayakan untuk pengelolaan DAS terpadu dan konservasi keanekaragaman hayati kerjasama pemerintah Indonesia dan Jerman. Kerjasama diharapkan tidak hanya menyelamatkan lingkungan, tapi juga bisa memanfaatkan hutan dengan baik. 


Achmad Rizal, koordinator nasional tim studi kelayakan, mengatakan, mereka memberikan perhatian khusus pada cagar biosfer ini karena mempunyai keterkaitan antara alam dan manusia. Dengan proyek yang berlangsung selama tujuh tahun ini, katanya, tim pemerintah Indonesia dan Jerman akan merevitalisasi cagar biosfer agar terangkat ke permukaan.


Studi kelayakan ini, kata Achmad, bertujuan menganalisis berbagai potensi atau pilihan kegiatan rehabilitasi DAS dan konservasi keragamanhayati sebagai bagian strategi implementasi REDD+ di Sulteng. “Desain proyek tidak sekadar bantuan tetapi masyarakat mendapatkan manfaat dan memiliki keinginan berpartisipasi dalam penatagunaan lahan serta kegiatan-kegiatan perlindungan hutan.”


Tulisan ini hasil kerjasama Green Radio dan Mongabay.



Sumber: http://portalkbr.com/nusantara/sulawesi/3334370_4445.html

Related-Area: