Kenaikan harga BBM
Masyarakat Berharap Pasokan Tetap Terjaga
AMBON, KOMPAS — Kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi yang berlaku mulai Selasa (18/11) pukul 00.00 WIB tak mengagetkan sejumlah warga di Kota Ambon, Maluku. Namun, mereka berharap Pertamina mengendalikan dengan baik penyaluran bahan bakar di daerah itu agar tidak terjadi kelangkaan.
”Pemerintah tidak mungkin mengambil kebijakan yang merugikan masyarakat. Keputusan menaikkan harga BBM tentu sudah dikaji dengan baik oleh pemerintah. Sebagai rakyat, kami pasrah saja. Namun, yang paling penting adalah barang itu (BBM) harus ada,” kata Habel Rehatta, warga Kota Ambon.
Senin lalu, di Jakarta, Presiden Joko Widodo mengumumkan kenaikan harga BBM. Premium yang sebelumnya Rp 6.500 per liter naik menjadi Rp 8.500 per liter. Harga solar yang sebelumnya Rp 5.500 per liter kini dihargai Rp 7.500 per liter.
Habel berharap agar Pertamina mengontrol penyaluran BBM di daerah itu sehingga tidak terjadi kelangkaan. ”Jangan sampai harganya mahal, tetapi warga antre lagi. Itu yang harus diperhatikan pemerintah,” ujarnya.
Hal senada juga disampaikan Robert, warga lainnya. ”Memang kenaikan harga BBM berdampak untuk semua hal, terutama kenaikan harga barang di pasar. Namun, kami di Maluku sudah terbiasa dengan barang mahal,” ujarnya.
Sales Executive Retail Kantor Pertamina Cabang Ambon, Fandy Ivan Nugroho, mengatakan, pasokan premium dan solar untuk Maluku masih aman. Pasokan saat ini dapat memenuhi kebutuhan BMM di provinsi itu selama 30 hari ke depan.
”Khusus Kota Ambon, rata-rata penggunaan premium adalah 200 kiloliter per hari dan solar 45 kiloliter per hari,” ujar Fandy. Ia meminta masyarakat tak percaya dengan isu kelangkaan BBM.
Pembenahan distribusi
Dari Bandung, Jawa Barat, pedagang Pasar Ciroyom tidak keberatan dengan kenaikan harga BBM. Namun, mereka mengharapkan pemerintah bisa melakukan pembenahan distribusi barang agar bisa menekan fluktuasi harga.
”Sebenarnya mau harga BBM naik atau tidak itu bukan masalah utama. Justru masalah distribusi barang yang seharusnya diperhatikan,” kata Umar, pedagang di Pasar Ciroyom, Selasa.
Umar memisalkan, harga cabai rawit saat ini mencapai Rp 56.000 per kilogram. Harga tersebut naik dari Rp 54.000 per kg sejak sekitar seminggu lalu. Kenaikan harga dipengaruhi jumlah pasokan cabai yang tidak menentu.
”Kali ini pemicunya adalah cuaca dan hama. Hal itu membuat mudah menimbulkan kelangkaan pasokan cabai. Bukan semata - mata harga BBM,” katanya.
Sopyan, pedagang Pasar Ciroyom lain, mengatakan, fluktuasi harga biasanya terjadi dua hari hingga tiga hari pasca kenaikan harga BBM. Saat ini kenaikan harga tertinggi didominasi telur yang mencapai Rp 18.000 per kg atau naik Rp 2.000 per kg dari harga sebelumnya. Harga minyak goreng juga semakin tinggi dari Rp 10.500 per kg menjadi Rp 11.000 per kg.
Sementara harga bahan pangan di sebagian wilayah Nusantara dilaporkan masih stabil.
(ESA/RAZ/KOR/NIK/SIR/FRN/WER/REN/REK/JUM/WSI/CHE/RWN/UTI/WIE/IRE)
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000010175665
-
- Log in to post comments
- 284 reads