BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Simbiosis Mutualisme antara Gerakan Literasi dengan Dunia Usaha

Simbiosis Mutualisme antara Gerakan Literasi dengan Dunia Usaha
By Nency Septriyana

Semangat para pegiat literasi yang tersebar di seluruh pelosok negeri ini patut diacungi jempol. Mereka kreatif, ulet dan tanpa pamrih. Banyak program yang telah mereka lakukan untuk meningkatkan minat dan kecintaan masyarakat pada buku.

Tetapi kita tahu bahwa literasi tidak hanya sekadar baca tulis kan? Ada literasi numerasi, literasi sains, literasi kewarganegaraan dan budaya sampai literasi finansial, yang belum digarap sebanyak program literasi baca tulis.

Literasi baca tulis sendiri di Indonesia sudah digaungkan sejak awal kemerdekaan Indonesia oleh Bung Karno. Sedangkan jenis literasi yang lain masih baru beberapa tahun belakangan ini dikenalkan.

Literasi finansial misalnya, ini sangat menarik untuk dikembangkan tapi masih sangat jarang dijadikan fokus dari kegiatan literasi. Bukan hanya sekadar mengajak orang lain untuk melek finansial dan mengenal konsep-konsep keuangan, tetapi bagaimana pegiatnya juga menerapkan literasi finansial itu dalam gerakan literasi yang dikelolanya.

Misalnya kemampuan mengakses sumber-sumber keuangan untuk kegiatan literasinya, mengembangkan usaha ekonomi untuk menghidupi program-program literasi atau mengelola keuangan organisasi.

Kita pasti tidak asing dengan istilah Literasi untuk Kesejahteraan. Nah, ini juga berkaitan erat dengan literasi finansial. Gerakan literasi harus membuktikan dahulu bahwa mereka mampu eksis dan sejahtera sebelum meyakinkan masyarakat bahwa literasi itu menghasilkan kesejahteraan. Menjadi contoh sejahtera tentu lebih meyakinkan daripada hanya mengajak tanpa diri kita membuktikan terlebih dahulu.

Dalam hal ini sebenarnya gerakan literasi bisa dikolaborasikan dengan sektor usaha yang jelas lebih berduit karena orientasi mereka memang pada keuntungan. Berbeda dengan orientasi gerakan literasi yang lebih ke arah edukasi dan sosial. Tetapi justru perbedaan itu bisa saling melengkapi dan menyempurnakan.

Melalui Undang-Undang, pemerintah telah mengatur urusan CSR dengan menyatakan bahwa perusahaan tidak boleh hanya berorientasi pada keuntungan saja tapi harus peka dan peduli terhadap kondisi lingkungan dan sosial sekitarnya.

Melalui program CSR ini perusahaan bisa menjadi bapak asuh bagi kegiatan literasi masyarakat. Tentu saja program literasi yang ditawarkan harus riil, terukur dan bermanfaat bagi masyarakat luas.

Kegiatan pemberdayaan ekonomi berbasis potensi wilayah menurut saya adalah salah satu program yang seksi, berpotensi untuk digarap secara serius oleh para pegiat literasi yang selanjutnya bisa disinergikan dengan perusahaan. Rencana disusun dengan rinci mulai pelatihan, penyediaan buku atau sumber informasinya, kegiatan produksi, promosi sampai pemasarannya.

Dan tidak berhenti sampai di situ, proyek itu harus dirancang sampai benar-benar menghasilkan kesejahteraan. Atau bahasa vulgarnya, menghasilkan uang.

Ini berarti jangka waktu kerjasama dengan bapak asuh harus cukup panjang atau berkelanjutan. Bisa tiga sampai lima tahun, bahkan lebih. Karena memang membangun usaha ekonomi tidak bisa sim salabim, kan? Semua perlu proses.

Apa contoh pemberdayaan ekonomi berbasis potensi wilayah? Misalnya di desa saya yang banyak gunung kapur, sangat memungkinkan bahan batu kapur itu dibuat clay sebagai bahan untuk membuat berbagai macam kerajinan tangan. Atau membuat pot dan lampion dengan berbagai ornamen. Jadi tidak sekadar memotong gunung kapur untuk bahan bangunan, tetapi ada nilai lebih lainnya.

Saya punya teman pegiat literasi di Lumajang. Perpustakaannya mampu mengembangkan usaha berbasis pisang yang memang jumlahnya melimpah di sana. Nah sekarang, potensi apa yang bisa digali di daerah anda?

Sebentar to, masak ya sejauh itu urusan literasi? Apa tidak cukup hanya menyediakan buku-buku yang berkaitan dengan masalah finansial dan keuangan? Atau membuat seminar tentang investasi cerdas dan toko online? Atau membuat pelatihan keterampilan bagi masyarakat sekitar?

Rasa-rasanya sudah saatnya gerakan literasi memberi sebuah contoh nyata untuk masyarakat bagaimana literasi finansial dilaksanakan dan bagaimana literasi untuk kesejahteraan benar-benar nyata di dunia literasi. Kalau kita hanya fokus pada penyediaan bahan bacaan dan informasi saja, itu sudah jadul, karena sudah dilakukan sejak dahulu kala.

Dan pasti, contoh nyata akan lebih berkesan daripada tulisan di buku yang tidak pernah dilakukan. Saat ini masyarakat butuh keteladanan nyata.

Tentu tidak mudah untuk menemukan potensi wilayah, menyusun rencana program sebegitu kompleks. Apalagi untuk menjalankannya dalam waktu yang panjang, butuh daya tahan ekstra. Karenanya gerakan literasi harus bergandeng tangan dengan semua elemen yang ada di masyarakat, saling bersinergi, akademisi, birokrat sampai dunia usaha. Jangan dipikul sendiri. Berat, Bro.

Lalu, apakah otomatis diterima jika kita mengajukan program yang anti mainstream seperti itu? Belum tentu juga, tapi setidaknya ketika kita berbeda dari yang lainnya maka usulan kita lebih diperhatikan. Apalagi jika disusun secara detail dengan indikator keberhasilan yang jelas.

Apalagi jika program yang kita buat ini memberikan dampak positif bagi peningkatan ekonomi masyarakat, maka hal ini akan selaras dengan tujuan dari CSR, yaitu menjadi solusi masalah ekonomi dan sosial masyarakat di sekitarnya. Hal ini tentu akan meningkatkan citra positif perusahaan di mata para stakeholder.

Saya menduga kuat gerakan literasi akan makin kencang gaungnya jika ia mampu membuktikan bahwa literasi yang dipikulnya benar-benar mampu membawa kesejahteraan. Dan salah satu pihak yang bisa kita gandeng untuk menyukseskannya adalah dunia usaha. Tentu ini butuh keseriusan para pegiat literasi secara bersama-sama dan berkesinambungan.

Jadi, apakah pegiat literasi akan menjadi role model dalam program literasi finansial atau tidak, tergantung pada pegiat literasi bagaimana kesungguhan merealisasikannya.

Sumber: https://geotimes.id/opini/simbiosis-mutualisme-antara-gerakan-literasi-dengan-dunia-usaha/

Related-Area: