Ekonomi Kreatif
Saatnya Bangunkan Potensi Terpendam
JAKARTA, KOMPAS — Potensi industri kreatif yang lama terpendam sudah saatnya dibangunkan. Pelaku kreatif Indonesia sudah mampu berkarya kelas dunia. Sayangnya, mereka belum berjaya di negeri sendiri karena potensi tersebut belum dapat masuk ke industri yang lebih profesional dan massal.
Animator dan pendiri sekolah animasi Hello Motion Academy, Wahyu Aditya, bangga karena sektor kreatif mulai dibicarakan calon presiden. Namun, ternyata tidak semua calon pemimpin memahami sektor ini secara jeli. ”Sektor ini sudah lama tidur. Saatnya sekarang dibangunkan. Negara sudah memiliki Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, sebaiknya tidak berhenti pada kelembagaan saja, tetapi menjemput bola menghidupkan sektor yang menjanjikan ini,” kata Wahyu, Senin (16/6), di Jakarta.
Sektor ini menjadi tulang punggung perekonomian di sejumlah negara, seperti Jepang, Korea, dan Singapura. Pemerintah setempat menaruh perhatian dengan memediasi kreator pemula ke dunia profesional. ”Pemerintah seharusnya mengerti esensi dunia kreatif dan dampaknya terhadap negara,” kata Wahyu yang juga pendiri festival kreatif HelloFest.
Persoalan ini pernah dikeluhkan Ardian Elkana, Ketua Asosiasi Industri Animasi dan Kreatif Indonesia. Menurut dia, industri animasi saat ini lebih banyak berkembang sendiri. Meski memiliki kemampuan kelas dunia, pelaku industri animasi yang memiliki intellectual property masih minim. Mereka lebih banyak mengerjakan produk orang lain di Indonesia.
Singapura bisa menjadi contoh suatu negara dengan perekonomian yang bergantung pada ekonomi dan industri kreatif. Colin Lauw dari Urban Redevelopment Authority (URA), saat ditemui di kantornya di Jalan Maxwell, Raffles Place District, Singapura, mengatakan, Pemerintah Singapura berupaya terus-menerus berbenah.
Hotel Marina Bay Sands dan Gardens By The Bay, misalnya, berdiri di atas lahan hasil reklamasi. Dahulu kawasan tersebut termasuk daerah yang tak dilirik karena hanya muara sungai yang kumuh. Singapura mengerahkan semua ahli yang dibutuhkan, mulai dari ahli lingkungan sampai arsitek lokal dan dunia serta para seniman untuk mewujudkan kawasan baru bernilai ekonomi tinggi.
Meski telah memiliki salah satu bandar udara terbaik di dunia dan pelabuhan yang menjadi pusat perdagangan internasional, negeri tetangga Indonesia itu tidak mau berhenti. ”Singapura terus membangun. Kami akan membenahi bandar udara dan pelabuhan, menata permukiman, serta tentu menciptakan obyek wisata baru berwawasan lingkungan,” kata Colin Lauw.
Di Jakarta, industri kreatif sudah menggeliat beberapa tahun terakhir. Salah satunya ditandai dengan keberadaan komunitas Id Creative World. Komunitas yang menghimpun para desainer muda di Jakarta itu berhasil meraup omzet Rp 1 miliar selama empat hari menggelar Jakarta Creative Week di Mal Kota Kasablanka, beberapa waktu lalu. Dalam ajang pergelaran busana itu, Id Creative World menyajikan busana-busana hasil karya 70 perancang muda di Jakarta dan Bandung.
Pendiri Id Creative World, Felix Yonathan, mengatakan, industri kreatif untuk busana berkembang pesat di Jakarta. Bahkan, sebelum menggelar Jakarta Creative Week, kata Felix, hasil karya para desainer Id Creative World telah dipakai sebagian kalangan masyarakat menengah atas di Jakarta dan beberapa kota lain di Indonesia.
Perancang muda dan pemula, menurut Felix, membutuhkan sarana untuk memasarkan busana-busana yang dihasilkan. Mereka bersatu dalam komunitas sehingga dapat memasarkan produk yang dihasilkan secara bersama-sama. ”Jika sendiri-sendiri, biayanya mahal. Karena itu, kami harus bergerak bersama-sama,” katanya. (NEL/MDN/NDY)
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000007272896
-
- Log in to post comments
- 418 reads