BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Dua Minggu Orientasi: Awal Perjalanan Studi di New Zealand

21 Juni 2019 sekitar pukul 20.00 waktu New Zealand (NZ), peserta Indonesia Young Leaders Programme (INSPIRASI) 2019 tiba di Bandara International Auckland setelah sekitar 10 jam penerbangan via Jakarta-Kuala Lumpur, Malaysia. Walaupun dalam suasana musim dingin, tapi para peserta disambut hangat oleh teman-teman penyelenggara program dan keluarga Kiwi (sebutan untuk orang Eropa di NZ) yang akan menjadi host family bagi 10 orang peserta selama enam bulan di NZ. INSPIRASI 2019 merupakan program tahun ke-dua antara pemerintah New Zealand melalui UnionAID dengan pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga bekerja sama dengan Yayasan BaKTI sebagai mitra lokal di Indonesia dan AUT di NZ. Secara khusus program ini ditujukan bagi pemimpin muda untuk mendukung pembangunan di Indonesia bagian Timur.

Dua minggu masa orientasi (24 Juni-5 Juli 2019) di Auckland University of Technology (AUT) merupakan awal perjalanan studi peserta INSPIRASI. Dalam masa orientasi ini, peserta diperkenalkan tentang lingkungan kampus AUT, UnionAID-Program INSPIRASI, dan budaya Maori serta orang Kiwi. Selain itu juga, para peserta saling belajar dan berbagi tentang pengalaman-pengalaman kerja di masing-masing organisasi: Diana Timoria (Solidaritas Perempuan dan Anak-Sumba, NTT), Rima Bilaut (Walhi-NTT), Nur Rina Maskayanti (Banua mentor-Palu), Vuadi Gennaio Mailoa (Lembaga Kajian dan Advokasi untuk Pemberdayaan Perempuan-Maluku), Yuliana Benu (Jaringan Perempuan Indonesia Timur-Kupang, NTT), Zulhaidir Purwanto (WastEducation-Makassar), Benyamin Wompere (KomunitasWaryesi-Biak, Papua), Nursyarif Ramadhan (Pergerakan Difabel Indonesia untuk Kesetaraan-Makassar), Muhammad Syukron Anshori (Aliansi Masyarakat Adat Nusantara-Sumbawa, NTB), dan Alfian Al Ayubbi Pelu (Lembaga Informasi Perburuan Sedane-Maluku).

Mengenal Auckland University of Technology (AUT)

AUT merupakan salah satu universitas terkemuka di NZ yang berlokasi di tiga titik Kota Auckland yaitu Manukau (South Campus), Sentral Kota Auckland (City Campus) dan di Northcote (North Campus). Kegiatan program INSPIRASI berlokasi di AUT City Campus. Pada sesi pengenalan kampus, peserta INSPIRASI diperkenalkan dengan sistem pendidikan dan lingkungan belajar di kampus AUT. Untuk mendukung proses belajar, setiap peserta mendapat kartu identitas mahasiswa AUT agar dapat mengakses berbagai fasilitas yang disediakan kampus seperti perpustakaan, internet, klinik kesehatan, dan lab computer. Hal yang sangat menarik ialah bahwa semua fasilitas kampus diusahakan agar dapat diakses oleh orang-orang difabel⎯different ability (istilah lain: disabilitas). Nur Syarif Ramadhan, salah satu peserta INSPIRASI 2019 yang memiliki low vision mengatakan: “Sistem pendukung pendidikan di kampus AUT didesain ramah pada difabel. Materi-materi kuliah dirancang lebih mudah diakses untuk mendukung keikutsertaan difabel berpartisipasi dalam kelas.” Salah seorang penanggung jawab AUT Disability Support for Student melakukan asesmen melalui dialog dengan Syarif, dan mengupayakan semua materi pembelajaran dapat diakses sesuai dengan kebutuhan oleh Syarif yaitu dengan menggunakan screen reader (pembaca layar pada laptop yang membantu seorang diffable visual).

AUT memiliki relasi penting dan kuat dengan suku Maori (suku asli NZ). Sebagai bentuk penghormatan terhadap 'Perjanjian Waitangi', AUT mendirikan Marae (rumah adat Maori) di tengah kampus (City Campus) sekitar tahun 1990an. Walaupun rumah adat ini terlihat sangat semi modern, namun arsitekturnya masih sarat makna dengan tradisi suku Maori seperti simbol-simbol, patung, dan cerita-cerita lokal. Salah satu tradisi yang sangat menarik ialah Powhiritradisi menyambut orang-orang non-Maori dalam Marae untuk menjadi bagian dari keluarga orang Maori. Dalam tradisi lokal orang-orang Maori, tanah tidak dimiliki dalam pengertian sebagai hak milik perorangan atau sekelompok orang (ownership). Tapi, tanah dipahami sebagai ibu, dan jiwa bagi semua orang. Oleh karena itu, dalam proses perkenalan (Pepeha), peserta INSPIRASI harus lebih dulu menyebutkan daerah asal, tempat tinggal, kemudian baru menyebutkan nama. Untuk menjadi bagian dari keluarga suku Maori, maka tanah menjadi penghubung yang sangat kuat.

 

Mengenal Sedikit tentang Kota Auckland
Salah satu hal menarik dari pengenalan Kota Auckland ialah berkunjung ke Festival Matariki dan PikiToi Art Gallery di Lorne Street, Central Auckland. Festival Matariki merupakan perayaan tahun baru Suku Maori, yang ditandai dengan muculnya gugusan bintang Matariki di langit (the Pleiades or Seven Sister). Gugusan bintang Matariki muncul pada pertengahan musim dingin (Juni-Juli). Menurut Maramataka (Kalender Bulan Suku Maori), bahwa munculnya gugusan bintang Matariki tidak hanya menjadi tanda awal perayaan tahun baru tapi juga tanda pembaharuan bagi Suku Maori. Secara tradisional, perayaan ini dilakukan untuk merayakan Matariki ketika musim panen tiba dan lumbung makanan penuh. Mereka merayakannya bersama keluarga atau orang-orang terdekat. Biasanya perayaan ini ditandai dengan berbagai ritual adat, membuat persembahan, pesta perpisahan dengan orang-orang yang telah meninggal, serta untuk menghormati para leluhur mereka dan untuk merayakan kehidupan.

PikiToi merupakan kumpulan para seniman yang terdiri dari illustrator, pelukis, pemahat, pengukir, dan pendongeng. Banyak di antara mereka adalah homeless people (orang-orang yang tidak punya tempat tinggal/rumah). Karya-karya mereka banyak menggambarkan tentang kebudayaan Suku Maori seperti simbol-simbol dan patung. Siapa saja bisa datang berkunjung dan membeli hasil karya mereka di Art Gallery PikiToi. Dengan membeli hasil karya mereka berarti menolong mereka untuk dapat bertahan hidup.

 

Pengenalan Program INSPIRASI

Program INSPIRASI dibagi dalam dua kegiatan yaitu kursus Bahasa Inggris selama tiga bulan (Juli-September) di International House, AUT dan tiga bulan selanjutnya (Oktober-Desember) kursus tentang Sustainable Development atau Pembangunan Berkelanjutan. Program ini mengharuskan setiap peserta untuk mempersiapkan satu projek penelitian yang akan diimplimentasikan di wilayah masih-masing di Indonesia Timur tahun 2020. Untuk mengoptimalkannya, setiap peserta didampingi oleh seorang mentor yang juga profesional dalam bidang yang sama dengan bidang yang diminati oleh peserta.

Selama dua minggu berproses, para peserta dibekali dengan materi-materi kuliah sebagai fondasi awal program Sustainable Development. Materi-materi itu antara lain Scoping Conflict Resolution oleh Simon Hager-Ford; Tikanga and Waiata (Maori cultural awareness); UnionAid Introduction oleh Michael Naylor; Leadership for Sustainable Development dan Key Features of the Participant’s NGOs oleh Dr.Love M. Chille; Outlining Research and Fieldwork Process Clarifying Research Questions dan Social Enterprise Diagnostic Session oleh Laila Harre; Decent Work, Worker Leadership and Sustainable Development oleh Robert Reid; dan Infinity Game Workshop oleh Nikki Harre. Dinamika dalam proses belajar sangat menarik karena materi-materi yang diberikan menjadi bahan pembanding dengan konteks masalah perdagangan orang, perkawinan anak, kekerasan terhadap perempuan, pekerja migran, difabel/disabilitas, manajemen sampah, dan pendidikan di Indonesia Timur.

Dr. Love dalam presentasinya, ia menggunakan metafora pohon untuk menggambarkan tentang konsep sustainable development. Ia menegaskan bahwa perubahan sosial dalam suatu masyarakat adalah sebuah proses berkelanjutan. Oleh karena itu sangat penting sekali dalam pengorganisasian komunitas, seorang pemimpin harus fokus pada kekuatan dan nilai-nilai positif baik yang dimilikinya secara pribadi maupun dalam komunitas misalnya jujur, transparan, integritas, komunikatif, dan ketekunan. Hal penting lainnya ialah membangun jaringan antar komunitas, dan pemerintah untuk mendukung kerja-kerja di komunitas masing-masing. Peserta INSPIRASI sebagai pemimpin muda di komunitasnya, didorong menganalisis kekuatan dan nilai-nilai positif dalam komunitasnya masing-masing dengan menggunakan metafora pohon seperti yang ditampilkan dalam gambar di bawah ini: akar (kepercayaan, tujuan, kerja sama tim, komitmen, dan harapan), batang (proses), daun (kreativitas, kasih, relasi, ketekunan, perencanaan yang jelas, komunikatif, stakeholder) dan buah (damai, keadilan, kesempatan, dan kesetaraan).Tujuannya ialah untuk memahami proses perubahan sosial secara berkelanjutan dalam masyarakat.

Untuk memahami lebih jauh tentang bagaimana membawa perubahan sosial dalam masyarakat, Niki Harre, salah satu pemateri mengajak para peserta untuk memahami konsep The Infinity Game dan The Finite Game. Dua konsep ini menggambarkan tentang psikologi sebuah masyarakat. The Finite Game menggambarkan bagaimana cara orang menjalani hidupnya dengan memfokuskan diri pada persaingan untuk menang, sedangkan fokus konsep The Infinity Game ialah bagaimana setiap orang diberi kesempatan berkontribusi dalam menciptakan kehidupan bersama yang baik dalam suatu komunitas masyarakat. Kontribusi itu datang dari nilai-nilai positif dalam diri masing-masing orang seperti integritas, kasih, dukungan positif, jujur, saling menghargai, dan berani. Tujuan dari The Infinity Games bukan untuk mencari siapa yang menang, tapi bagaimana menciptakan sebuah komunitas di mana semua orang hidup bersama dengan baik. Konsep The Infinity Game inilah yang direkomendasikan oleh Nikki untuk memahami lebih jauh tentang sustainable development.

Banyak manfaat yang diperoleh peserta INSPIRASI selama masa orientasi. Salah satu peserta asal NTT, Rima Melani Bilaut mengatakan “Masa orientasi merupakan masa pengenalan dan penguatan rasa percaya diri bagi saya sehingga dapat beradaptasi dengan masyarakat di kota kosmopolitan ini (NZ). Selain itu, belajar tentang kebudayaan suku Maori, memacu saya untuk belajar lebih dalam tentang kebudayaan di daerah asal saya, Timor”.

Menutup masa orientasi, peserta INSPIRASI berlibur ke pulau Waiheke selama tiga hari.

Penulis : Yuliana Benu, peserta Program INSPIRASI 2019