BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Menguatkan Komitmen Bersama Menuju Kemandirian

                                                                

 

Pagi masih amat dingin, cahaya mentari menorobos mulus di sela-sela jendela Perahu Kayu yang menjemput kami di pesisir Labuan Bajo, Rabu (13/11). Hembusan angin membelai lembut, riak gelombang tenang mengantar misi kunjungan Tim BaKTI-KIAT Guru menuju salah satu desa lokasi program Kinerja dan Akuntabilitas Guru (KIAT Guru) di Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur.

Tak sampai sejam, perahu telah tiba dan menambatkan diri di dermaga Kampung Warloka. Seorang Pemuda setengah baya yang kemudian kami tahu sebagai Ketua Kelompok Pengguna Layanan (KPL) menjemput rombongan yang turut diikuti Direktur Eksekutif Yayasan BaKTI, Muh. Yusran Laitupa, Pimpinan organisasi pelaksana Program KIAT Guru yang dikerjasamakan antara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dengan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan atas dukungan pendaan dari Pemerintah Australia melalui World Bank.

Rombongan yang berjumlah sembilan orang berjalan beriringan menyusuri setapak jalan beton yang juga berfungsi sebagai pembatas halaman warga. Kunjungan diarahkan ke sekolah yang berjarak sekira 300 meter dari bibir pantai.

                                                                 

Perubahan di Sekolah Dimulai Dari Kesadaran

Kunjungan ke Sekolah SDI Warloka, diterima langsung oleh Kepala Sekolahnya, H. Muhammad Raila didampingi beberapa orang guru kelas. Dalam sambutan penerimaannya, Kepala Sekolah menyampaikan rasa bangga dan terima kasihnya atas kunjungan Tim KIAT Guru. Menurut Pak Raila, kehadiran KIAT Guru memberinya kepercayaan diri bahwa apa yang telah dibangunnya selama ini khususnya kedisiplinan sejalan dengan harapan dari Program KIAT Guru. “Sebelum ada KIAT Guru, kami telah membiasakan hidup disiplin dan menjaga kebersihan sekolah,” ungkapnya. Sehingga kehadiran KIAT Guru bukanlah menjadi beban bagi kami, tapi menjadi mitra yang tepat untuk membangun sistem administrasi yang kuat di sekolah. “Jadi walaupun saya telah pensiun nanti, aturan bersama ini tetap akan berjalan seperti biasa,” harapnya.

Ada hal menarik dari cerita Kepala Sekolah mengenai tradisi bangun pagi di Kampung Warloka. Setiap hari akan terdengar bunyi lonceng dari arah sekolah yang menjadi penanda bagi warga sekitar. Lonceng pertama terdengar setelah Shalat Subuh-sekitar Pukul 05.30 pagi : penanda bagi orang tua untuk mempersiapkan anak-anaknya berangkat ke sekolah; Lonceng kedua terdengar pada Pukul 06.30 pagi : penanda bagi anak-anak untuk segera berkumpul di lapangan upacara; dan lonceng berikutnya Pukul 06.45 sebagai penanda anak-anak masuk kelas.       

Tekait keberlanjutan Program KIAT Guru, Kepala Sekolah dan guru-guru SDI Warloka mengharapkan kiranya kemitraan dan kerjasama antara masyarakat (orang tua murid) dengan sekolah dapat dipertahankan. “Dengan adanya kerjasama”, kata Pak Raila, “maka hubungan antara sekolah dan orang tua murid makin baik, sehingga terjalin saling memahami posisi dan peran masing-masing.” Sementara dukungan dari Pemerintah Desa bagi Sekolah tidak menjadi hal prioritas, karena seluruh kebutuhan sekolah masih dapat ditangani oleh sekolah. Sehingga dana desa lebih diarahkan kepada pembangunan pemberdayaan masyarakat lainnya.    

                                                                  

Memperkuat Komitmen Janji Layanan

Di tempat yang berbeda tak jauh dari Sekolah, seluruh anggota Kelompok Pengguna Layanan (KPL) SDI Warloka menggelar pertemuan refleksi bulanan yang difasilitasi oleh Tim Fasilitator KIAT Guru Kabupaten Manggarai Barat. Menurut Septiani, Fasilitator Masyarakat yang mendampingi proses, pertemuan dilakukan untuk melihat kembali apa yang sudah dilakukan oleh KPL, Kader, dan Pemerintah desa selama dua bulan terakhir, di mana pertemuan penilaian bulanannya tidak didampingi langsung oleh dirinya. Setelah itu, masing-masing (KPL, Kader, Pemdes) memberikan penilaian pada dirinya sendiri secara partisipatif. Hasil dari penilaian tersebut akan menjadi rekomendasi strategi pendampingan atau penguatan kapasitas yang masih perlu ditingkatkan untuk menjamin keberlanjutan.

Adanya Janji Layanan menjadi alasan paling kuat sebagai dasar pentingnya penilaian bulanan dilanjutkan. Melalui janji layanan itu setiap pihak terikat oleh sebuah komitmen bersama untuk mewujudkan terjadinya perubahan. Baik itu perubahan pada diri orang tua murid agar makin peduli terhadap anak-anaknya saat di rumah seperti tidak melakukan kekerasan fisik, menyiapkan peralatan sekolah dan sarapan anak, maupun keterbukaan hubungan dengan guru di sekolah. Sementara pada pihak sekolah: perubahan itu mewujud pada kedisiplinan kehadiran, kelengkapan administrasi, serta peningkatan metode pengajaran. Sementara dari pihak Pemerintah Desa : lebih didorong pada komitmen dukungan kebijakan dan fasilitasi pertemuan.

Dengan komitmen bersama tersebut, tentulah diharapkan memberikan pengaruh positif kepada anak. Perubahan yang terjadi pada anak ketika masyarakat dan pihak sekolah memenuhi janji layanannya, dapat terlihat dari meningkatnya semangat belajar anak baik di sekolah maupun di rumah; pola pengaturan waktu bermain dan menonton; serta pemahaman pada nilai-nilai kebaikan.

                                                                       

Strategi Penguatan Keberlanjutan

Berjalanannya pertemuan penilaian bulanan di desa menjadi perhatian utama Rintisan KIAT Guru. Sebab melalui pertemuan itu, segala aktivitas Kepala Sekolah dan guru-guru terkait pelaksanaan janji layanan akan dinilai. Bila selama ini, peran fasilitasi dominan dilakukan oleh Tim Fasilitator KIAT Guru, maka untuk keberlanjutannya-secara perlahan, proses pelimpahan tanggungjawab fasilitasi mulai dilakukan sendiri oleh warga melalui kerjasama Kader Desa, KPL, Sekolah dan Pemerintah Desa. 

Pada pertemuan Refleksi Akhir Tahun di Desa Warloka, hal yang ditekankan adalah seluruh komponen/ pemangku kepentingan memahami peran dan tanggungjawab masing-masing, juga memahami alur dan proses penilaian, sejak masa persiapan, pelaksanaan sampai ke pengiriman dokumen penetapan hasil penilaian ke kecamatan/kabupaten. Di sadari oleh mereka, bahwa tidak mudah menyelenggarakan pertemuan tanpa pendampingan dari Tim KIAT Guru, namun dengan modal semangat perubahan yang nyata, komitmen bersama tersebut mesti dijaga dan dilanjutkan.

Dalam catatan Fasilitator, peserta refleksi Desa Warloka berhasil mengidentifikasi sejumlah tantangan yang dapat menjadi catatan rekomendasi penguatan dan pendampingan berikutnya. Misalnya terkait keberadaan KPL : kehadiran KPL di setiap pertemuan belum mencapai 100%; keaktifan KPL di setiap pertemuan; serta kemampuan memberi penilaian yang obyektif berbasis pemeriksaan dokumen. Sementara terkait keberadaan Kader Desa : diketahui Kader belum percaya diri dalam memfasiltasi; Laporan pertemuan bulanan belum terkomunikasikan dengan baik kepada Pemerintah Desa; dan hasil penilaian belum tersosialisasi dengan luas kepada warga dan orang tua.  “Dengan kesadaran memberikan penilaian atas kemampuan diri, akan lebih mudah bagi Tim KIAT Guru menyusun strategi pendampingan dan penguatan kapasitas,” harap Denta Sihombing, Koordinator Lapangan KIAT Guru Kabupaten Manggarai Barat.

Penulis: 
Septiani Solfriyansi Maro
Wilayah: 
Jabatan: 
Fasilitator Masyarakat