ASEAN Rentan Demam Dengue
Uji Klinis Vaksin Menjanjikan, Dipasarkan 2016
ANGELES CITY, KOMPAS — Demam dengue atau ketika parah menjadi demam berdarah dengue mengancam lebih dari seperempat penduduk Bumi atau 2,5 miliar orang. Jumlah kasus demam dengue tertinggi di dunia ada di kawasan ASEAN. Oleh karena itu, kerja sama regional antarnegara di Asia Tenggara diperlukan untuk menekan jumlah korban.
”Kerja sama melawan, mengendalikan, dan mencegah dengue harus diperkuat,” kata Asisten Sekretaris Departemen Kesehatan Filipina Gerardo V Bayugo pada peringatan Hari Dengue ASEAN atau ASEAN Dengue Day ke-4 setiap 15 Juni, seperti dilaporkan wartawan Kompas, M Zaid Wahyudi, dari Angeles City, Filipina, Sabtu (14/6).
Puncak peringatan Hari Dengue ASEAN di Angeles City, Minggu, dilakukan dengan mengajak warga mengenal dan mencegah demam dengue. Peringatan serupa dilakukan di setiap negara ASEAN, termasuk Indonesia.
Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia, setiap tahun sekitar 390 juta orang terinfeksi virus dengue. Sebanyak 22.000 orang di antaranya, khususnya anak-anak dan remaja, tewas akibat penyakit yang umumnya terjadi di daerah tropis dan subtropis itu.
Pertumbuhan cepat populasi, perkembangan perkotaan yang tak terencana, dan sanitasi buruk membuat kawasan ASEAN rentan. Indonesia, Filipina, Thailand, dan Vietnam punya kasus dengue tinggi.
Di Indonesia, kasus penyakit dengue meningkat dari 90.245 kasus dengan angka kejadian 37,1 per 100.000 populasi (2012) menjadi 105.545 kasus dan angka kejadian 43,01 per 100.000 populasi (2013). Adapun angka kefatalan khusus (CFR) turun dari 0,9 persen menjadi 0,73 persen.
”Terbesar di Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara, dan DKI Jakarta,” kata Ketua Satuan Tugas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia Sri Rezeki S Hadinegoro pada konferensi pers Hari Dengue ASEAN 2014.
Virus dan kerugian
Virus dengue memiliki 4 serotipe: DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan DENV-4. Virus ini menular ke manusia dan ditularkan ke manusia lain oleh nyamuk Aedes aegypti yang hanya menggigit saat pagi dan sore hari. Jenis serotipe dengue paling dominan di Indonesia adalah DENV-3 yang dianggap ganas.
Donald S Shepard dari Institut Kebijakan Kesehatan Schneider, Universitas Brandeis, Waltham, Amerika Serikat, mengatakan, kerugian ekonomi akibat dengue di ASEAN plus Bhutan dan Timor Leste—penelitian 2001- 2010—menimbulkan kerugian Rp 11,4 triliun setiap tahun.
Jumlah kerugian itu, 60 persen justru biaya tak langsung akibat dengue, seperti hilangnya waktu kerja hingga kematian. Meski sebagian besar menyerang anak- anak, banyak orangtua terpaksa cuti atau mengajukan izin kerja untuk merawat anaknya. Kondisi itu menimbulkan kerugian bagi ekonomi negara-negara ASEAN yang sedang tumbuh.
Persoalannya, belum ada pengobatan demam dengue yang tepat atau vaksin yang mencegah penularan. ”Penanganan selama ini menggantikan cairan darah korban akibat keluarnya plasma darah saat korban sudah shock,” kata dokter spesialis penyakit dalam dan infeksi yang juga Kepala Departemen Mikrobiologi dan Kelompok Studi Dengue, Institut Riset Kedokteran Tropis Filipina, Maria Rosario Z Capeding.
Kondisi itu membuat upaya pencegahan perkembangan sarang nyamuk Aedes aegypti jadi cara terbaik menghindari dengue. Nyamuk ini bersarang di genangan air bersih dan tenang.
Saat ini, pengembangan vaksin terus dilakukan. Capeding yang melakukan uji klinis pertama tahap ketiga atas vaksin dengue produksi Sanofi Pasteur mengatakan, vaksin itu mampu mengurangi kasus dengue hingga 56 persen. ”Ini uji klinis vaksin dengue pertama yang berhasil melalui fase ketiga,” katanya.
Vaksin dengue yang diteliti 20 tahun itu diharapkan segera ada di pasaran. Wakil Presiden sekaligus Kepala Vaksin Dengue Sanofi Pasteur Guillaume Leroy berharap, setelah tuntas uji klinis dan perizinan, vaksin diharapkan mendukung target WHO menurunkan kematian dengue hingga 50 persen dan mengurangi tingkat kesakitan dengue hingga 25 persen pada 2020.
Di Jakarta, GM Vaccine Sanofi Group Indonesia Joko Murdianto mengatakan, vaksin itu, menurut rencana, dipasarkan di Indonesia akhir 2016. (ICH)
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000007253108
-
- Log in to post comments
- 331 reads