Januari 2014, Aset Perbankan di Papua Tercatat Rp 36.62 Triliun
JAYAPURA - Hingga Periode bulan Januari 2014, menurut data yang dihimpun BI Aset Perbankan di Provinsi Papua telah membukukan aset sebesar Rp 36,62 Triliun atau mengalami pertumbuhan sekitar 6,17 persen (YoY).
Untuk komposisi aset terbesar masih dimiliki oleh kelompok bank pemerintah, lalu diikuti oleh bank swasta dan BPR.
Hal itu sebagaimana disampaikan Kepala Perwakilan Kantor Bank Indonesia Wilayah Papua dan Papua Barat, Hasiholan Siahaan dalam kegiatan asesmen terkini atas kondisi ekonomi, perbankan dan penyaluran kredit di Provinsi Papua, di Kator Perwakilan BI Wilayah Papua dan Papua Barat, Jayapura, Senin(10/3)
Dikatakannya, menjelang awal tahun, pertumbuhan asset perbankan cenderung bergerak datar, hal tersebut terjadi karena berbagai dana alokasi dari pemerintah pusat belum cair sepenuhnya.
Untuk Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun oleh perbankan di Provisni Papua hingga bulan Januari 2014 mencapai Rp 29,32 triliun atau mengalami pertumbuhan sebesar 11,22 persen (YoY)
“Porsi terbesar DPK berada dalam bentuk tabungan yang sebagian besar dimiliki oleh perusahaan pemerintah dan ditempatkan pada bank milik pemerintah,’’ungkapnya.
Namun demikian, menurutnya, presentasi pemanfaatan DPK untuk disalurkan pada kredit masih relatif rendah, yaitu berada dikisaran 59,13 persen.
Dikatakan, jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan umum di Provinsi Papua hingga bulan Januari 2014 mencapai Rp 17,34 triliun atau mengalami prtumbuhna sebesar 12,21 [persen (YoY) untuk porsi terbesar dalam penyaluran kredit masih dalam bentuk kredit konsumsi yang sebagian besar disalurkan kepada perorangan, namun penyalurannya sendiri kredit ini untuk modal kerja juga cukup besar.
“Jadi untuk kredit macet sendiri (NPL) di Papua masih berada dalam rentang yang masih cukup terjaga dan berada dikisaran 2,04 persen,” katanya.
Sementara itu, sepanjang tahun 2013 sendiri perekonomian di Papua tumbuh sebesar 14,91 persen (YoY). Dari sisi permintaan, angka tersebut ditompang oleh konstribus dari tingginya konsumsi, investasi dan ekspor, dari sisi penawaran, angka tersebut ditompang oleh kontribusi dari sector pertambangan, sector bangunan serta perdagangan.
Tingginya pertumbuhan ekspor selama 2013 terjadi seiring meningkatnya kinerja sector pertambangan sebelum diterapkan UU minerba pada tahun 2014.
“Untuk kinerja sector jasa –jasa menjadi penyumbang terbesar kedua seiring dengan tingginya raealisasi anggaran oleh pemerintah daerah di wilayah Papua,’’ucapnya.
Sampai dengan Febrauri 2014, Kota Jayapura tercatat mengalami inflasi bulannan sebesar -0,26 (mtm) tau secara tahunan tercatat inflasi sebesar 5,88 persen (YoY). Sampai dengan akhir tahun 2014, inflasi Provinsi Papua diprediksi mencapai angka 5,42 kurang lebih 1 persen (YoY) dan diprediksi tidak akan jauh dari inflasi nasional.
“Kenaikkan harg harga barang yang tergolong kedalam kelompok bumbu-bumbuan , aneka ikan segar menjadi penyebab naik/turunnya inflasi di Kota Jayapura diawal tahun 2014,” tutupnya. (ady/aj/lo2)
JAYAPURA - Hingga Periode bulan Januari 2014, menurut data yang dihimpun BI Aset Perbankan di Provinsi Papua telah membukukan aset sebesar Rp 36,62 Triliun atau mengalami pertumbuhan sekitar 6,17 persen (YoY).
Untuk komposisi aset terbesar masih dimiliki oleh kelompok bank pemerintah, lalu diikuti oleh bank swasta dan BPR.
Hal itu sebagaimana disampaikan Kepala Perwakilan Kantor Bank Indonesia Wilayah Papua dan Papua Barat, Hasiholan Siahaan dalam kegiatan asesmen terkini atas kondisi ekonomi, perbankan dan penyaluran kredit di Provinsi Papua, di Kator Perwakilan BI Wilayah Papua dan Papua Barat, Jayapura, Senin(10/3)
Dikatakannya, menjelang awal tahun, pertumbuhan asset perbankan cenderung bergerak datar, hal tersebut terjadi karena berbagai dana alokasi dari pemerintah pusat belum cair sepenuhnya.
Untuk Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun oleh perbankan di Provisni Papua hingga bulan Januari 2014 mencapai Rp 29,32 triliun atau mengalami pertumbuhan sebesar 11,22 persen (YoY)
“Porsi terbesar DPK berada dalam bentuk tabungan yang sebagian besar dimiliki oleh perusahaan pemerintah dan ditempatkan pada bank milik pemerintah,’’ungkapnya.Namun demikian, menurutnya, presentasi pemanfaatan DPK untuk disalurkan pada kredit masih relatif rendah, yaitu berada dikisaran 59,13 persen.
Dikatakan, jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan umum di Provinsi Papua hingga bulan Januari 2014 mencapai Rp 17,34 triliun atau mengalami prtumbuhna sebesar 12,21 [persen (YoY) untuk porsi terbesar dalam penyaluran kredit masih dalam bentuk kredit konsumsi yang sebagian besar disalurkan kepada perorangan, namun penyalurannya sendiri kredit ini untuk modal kerja juga cukup besar.
“Jadi untuk kredit macet sendiri (NPL) di Papua masih berada dalam rentang yang masih cukup terjaga dan berada dikisaran 2,04 persen,” katanya.
Sementara itu, sepanjang tahun 2013 sendiri perekonomian di Papua tumbuh sebesar 14,91 persen (YoY). Dari sisi permintaan, angka tersebut ditompang oleh konstribus dari tingginya konsumsi, investasi dan ekspor, dari sisi penawaran, angka tersebut ditompang oleh kontribusi dari sector pertambangan, sector bangunan serta perdagangan. Tingginya pertumbuhan ekspor selama 2013 terjadi seiring meningkatnya kinerja sector pertambangan sebelum diterapkan UU minerba pada tahun 2014.
“Untuk kinerja sector jasa –jasa menjadi penyumbang terbesar kedua seiring dengan tingginya raealisasi anggaran oleh pemerintah daerah di wilayah Papua,’’ucapnya.Sampai dengan Febrauri 2014, Kota Jayapura tercatat mengalami inflasi bulannan sebesar -0,26 (mtm) tau secara tahunan tercatat inflasi sebesar 5,88 persen (YoY). Sampai dengan akhir tahun 2014, inflasi Provinsi Papua diprediksi mencapai angka 5,42 kurang lebih 1 persen (YoY) dan diprediksi tidak akan jauh dari inflasi nasional.
“Kenaikkan harg harga barang yang tergolong kedalam kelompok bumbu-bumbuan , aneka ikan segar menjadi penyebab naik/turunnya inflasi di Kota Jayapura diawal tahun 2014,” tutupnya. (ady/aj/lo2)
Sumber: http://bintangpapua.com/index.php/lain-lain/k2-information/ekonomi/item/13880-januari-2014-aset-perbankan-di-papua-tercatat-rp-3662-triliun