Pendidikan Keperawatan
Jepang Membutuhkan Tenaga Perawat
JAKARTA, KOMPAS — Menurunnya angka kelahiran di Jepang membuat negara tersebut kekurangan generasi muda untuk bekerja di bidang keperawatan. Oleh karena itu, Jepang membuka kesempatan bagi perawat profesional dari Indonesia untuk berkiprah di sana dengan syarat pelamar lulus ujian keperawatan Jepang.
”Para kandidat akan diajar bahasa Jepang selama beberapa bulan di Indonesia, lalu dikirim ke Jepang,” ujar Etsuko Nakamura, perwakilan Medical Platform Asia (MedPA), organisasi medis yang mengelola pendidikan para pelamar, di Jakarta, Selasa (14/10). Yang dimaksud dengan perawat adalah tenaga kerja yang menempuh pendidikan khusus untuk bergerak di bidang kesehatan.
Di Jepang, mereka disebar di rumah sakit-rumah sakit untuk bekerja sebagai tenaga bantuan keperawatan sambil mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian nasional keperawatan yang diadakan setiap Februari.
”Apabila lulus, peserta mendapat visa untuk bekerja sebagai perawat di Jepang. Visa tersebut baru berakhir apabila individu tersebut berhenti bekerja,” kata Nakamura.
Menurut data MedPA, jumlah total peserta dari tahun 2009 hingga 1 April 2014 adalah 400 orang. Akan tetapi, hanya 87 perawat yang lulus ujian dan bisa bekerja di Jepang.
Penyebab kecilnya angka kelulusan adalah ujian yang dilakukan dengan menggunakan bahasa Jepang. Oleh karena itu, MedPA dan Nippon Nursing Support Center (NNSC) membuat kursus selama empat bulan bagi para perawat yang tidak lulus ujian dengan mendatangkan tenaga pengajar dari Jepang.
”Peserta kursus membayar biaya 50.000 yen yang mencakup buku teks, akomodasi, serta tiket dan visa ke Jepang untuk mengikuti ujian. Uang tersebut dikembalikan apabila lulus ujian, ditambah beasiswa 100.000 yen,” ujar pendiri NNSC, Rudi Hardiyanto.
Komitmen rendah
Ketua Umum Persatuan Perawat Nasional Indonesia Dewi Irawaty mengatakan, rendahnya komitmen pemerintah untuk menata sistem keperawatan membuat banyak perawat memilih bekerja di luar negeri.
”Indonesia membutuhkan tenaga kesehatan yang mumpuni, termasuk perawat. Namun, perlakuan terhadap perawat buruk. Banyak perawat yang gajinya tidak dibayarkan,” kata Dewi. (A15)
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000009476800
-
- Log in to post comments
- 420 reads