BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Landasan Pacu Bandara di NTT Rawan

Keselamatan Penerbangan
Landasan Pacu Bandara di NTT Rawan

KUPANG, KOMPAS —  Landasan pacu sejumlah bandar udara di Nusa Tenggara Timur rawan kecelakaan. Penyebabnya, lokasinya berada di tengah-tengah permukiman sehingga bandara menjadi rentan dimasuki warga dan juga hewan peliharaan. Bahkan, aparat pernah memblokir landasan pacu saat pesawat hendak mendarat.

Kepala Bidang Keselamatan Penerbangan Dinas Perhubungan NTT Dominggus Hawu, di Kupang, Selasa (25/2), mengatakan, warga kerap memasuki kawasan bandara karena mereka beranggapan lahan di bandara merupakan warisan leluhur yang sewaktu-waktu bisa dimasuki.

”Areal di sekitar bandara itu sudah diberi pagar keliling. Namun, warga yang tinggal di sekeliling bandara itu selalu merusak pagar pembatas tersebut untuk bisa masuk,” ujar Dominggus.

Pengelola bandara, tambah dia, berulang kali menyosialisasikan kepada warga soal keselamatan penerbangan yang terancam, termasuk keselamatan warga, jika warga sembarangan memasuki kawasan terbatas tersebut. ”Namun, mereka tak pernah mau sadar,” kata Dominggus.

Dominggus menyatakan, warga sengaja membiarkan ternak peliharaannya, seperti sapi, babi, anjing, ayam, kambing, dan kuda, mencari rumput di landasan.

”Namun, jika binatang-binatang tersebut diterjang pesawat, dibunuh, atau dilukai, pemilik ternak akan datang meminta ganti rugi puluhan juta rupiah,” ujarnya. Ia memberi contoh seekor kuda di landasan Bandara Frans Seda, Kupang, Senin sore lalu, yang membuat pesawat Sky Air yang hendak take off terpaksa menunggu satu jam. Kasus lain, seekor sapi ditabrak di Bandara Ruteng, Manggarai, Agustus 2013.

Sesuai ketentuan, permukiman warga seharusnya berada sekitar 8 kilometer dari pinggir bandara. Namun, di sejumlah daerah seperti Ende, Maumere, dan Ruteng, bandara berada dekat sekali dengan permukiman warga. Di Bandara Ende, kondisinya sangat mengkhawatirkan karena setiap kali pesawat akan mendarat atau terbang, puluhan warga menonton di pinggir bandara.

Anggota DPRD NTT, John Umbu Deta, mengatakan, rata-rata mereka yang berdiam di sekitar bandara adalah warga miskin, yang sangat sulit mendapatkan uang untuk belanja makanan, pakaian, dan membangun rumah. (KOR)

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000005112090