BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Masyarakat Adat Kaimana Lakukan Patroli

Kelestarian Laut
Masyarakat Adat Kaimana Lakukan Patroli

KAIMANA, KOMPAS —  Masyarakat adat Kaimana, Papua Barat, membentuk tim penjaga laut guna mencegah pencurian ikan dan perusakan laut. Pencurian ikan dan perusakan laut marak terjadi oleh kapal-kapal perusahaan dan kapal pencari ikan dari luar daerah.

Tim atau kelompok pengawas ini terbentuk pada 2011. Terdapat 15 kelompok di Kabupaten Kaimana yang dibentuk berdasarkan wilayah laut desa.

Kepala Seksi Pengawasan Sumber Daya Perikanan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kaimana Jonas Tetelepta mengatakan, kelompok-kelompok tersebut bertugas menjaga laut wilayah masing-masing. Kelompok ini juga bertugas melindungi laut dari penggunaan bahan-bahan berbahaya, seperti bom dan potas.

Fasilitas dan biaya operasional kelompok dibantu Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kaimana serta lembaga konservasi internasional atau Conservation International Kaimana. ”Kami membantu pengadaan speedboat dan pos penjagaan,” kata Jonas, di Kaimana, Jumat (28/2).

Kelompok penjagaan laut tersebut berakar dari kearifan lokal yang disebut sasi nggama. Sasi nggama adalah aturan adat Kaimana yang membuka dan menutup perburuan terhadap sejumlah komoditas kerang dan teripang. Buka sasi atau pembukaan laut untuk perburuan komoditas laut yang mulai langka itu hanya dilakukan rata-rata setahun dua kali.

Aturan adat ini salah satunya bertujuan mencegah perburuan berlebih untuk melindungi ketersediaan komoditas laut tersebut. Masyarakat adat sangat melindungi kelestarian laut, terutama kelestarian terumbu karang yang berperan penting dalam menjaga hasil laut mereka.

Kepala Desa Kayu Merah Mohammad Jen Karafey (38) mengatakan, patroli penjagaan laut di kawasan laut Desa Kayu Merah dilakukan dua kali dalam sehari. Terdapat tiga kelompok, masing-masing kelompok terdiri atas 10 orang.

Menurut Jen, sebelum tahun 2011 pencurian oleh kapal-kapal perusahaan maupun kapal-kapal penangkap ikan dari luar daerah sering terjadi. Sejumlah kapal menggunakan pukat harimau yang merusak terumbu karang serta mengangkut ikan dan hewan laut yang masih kecil.

”Ini sangat merugikan kami karena mengurangi hasil tangkapan nelayan,” kata dia.

Petugas pengawas apangan dari Dinas Perikanan dan Kelautan, Kaimana Tajudin, mengatakan, sejak ada kelompok pengawas oleh masyarakat, pencurian telah jauh berkurang. Penggunaan bom dan potas juga tak ada lagi. (ire)

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000005166489