PERIKANAN
Menjelang MEA, Sekitar 65.000 Orang Belum Tersertifikasi
JAKARTA, KOMPAS — Sertifikasi keahlian produksi perikanan tangkap laut dan budidaya darat merupakan kendala yang akan dihadapi Indonesia di sektor kelautan dan perikanan menghadapi era Masyarakat Ekonomi ASEAN. Pada bidang pengolahan hasil hanya 3.800 orang yang tersertifikasi. Sebagian besar, 65.000 pelaku usaha kecil, belum tersertifikasi.
Sekretaris Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan Sjarief Widjaja, di Jakarta, Senin (1/9), mengatakan, mustahil pemerintah melaksanakan sertifikasi sendiri kepada pelaku usaha sebanyak itu. Maka, pemerintah menerapkan model mengajar pembelajar (teaching of teacher) sehingga proses sertifikasi berlangsung secara multilevel.
Sertifikasi dimaksud adalah standar profesi yang khas kondisi alam nasional, yakni sertifikasi yang didasarkan prinsip keberlanjutan ekologi setempat atau pengolahan lestari dan kearifan lokal.
Salah satu yang terpenting, sertifikasi itu harus bisa mendorong ahli atau SDM asing agar mengikuti pola kerja penangkapan ikan lestari yang merupakan tuntutan ekologi. Sertifikasi dimaksud dilakukan pada semua bidang produksi perikanan, yakni pengolahan, budidaya, permesinan, dan akuakultur. Targetnya, sebelum 2015, saat berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), sudah tersertifikasi.
MEA akan membuat Indonesia menghadapi arus barang, jasa, orang, dan investasi yang bebas. Pemangku kepentingan sektor kelautan dan perikanan Indonesia sangat besar, yakni 2,7 juta nelayan, 2,5 juta pembudidaya, dan 5 juta pengolah ikan. Diperlukan tenaga besar untuk mengelola kesiapan mental usaha, inovasi, dan daya saing mereka menghadapi MEA.
Tantangan terbesar adalah transformasi pelaku usaha lokal menjadi pemain internasional. Hal ini memerlukan transformasi budaya. Kepala Badan Sumber Daya Manusia KKP Suseno Sukoyono mengungkapkan, sertifikasi sebenarnya sudah dilakukan sejak dulu, hanya saja kini tuntutan bisnis KKP amat berkembang, standar kesehatan dan tuntutan produksi berubah, sehingga sertifikat harus terus diperbaiki guna menjamin daya saing orang dan produk di pasar internasional.
SDM lulusan sekolah tinggi perikanan (STP), perguruan tinggi di bawah KKP, hanya sekitar 400 orang per tahun. Direktur STP Jakarta Tatang Hidayat Taufik menyatakan, sebanyak 32 persen dari total 6.000 alumnus lembaga pendidikan SDM STP KKP yang berdiri sejak 1962 sudah diterima di bisnis perikanan internasional. Di bidang pengolahan, alumni STP dikenal disukai pebisnis karena bersedia bekerja keras. (ODY)
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000008647303
-
- Log in to post comments
- 473 reads