BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Patta Tope: Ekonomi Sulteng 2014 Tetap Menggeliat

Patta Tope: Ekonomi Sulteng 2014 Tetap Menggeliat
Palu,  (antarasulteng.com) - Ketua Bappeda Sulawesi Tengah Prof Dr HPatta Tope mengatakan bahwa ekonomi Sulawesi Tengah pada 2014 diyakini tetap menggeliat dengan pertumbuhan di atas delapan persen, sekalipun ekspor nikel mentah terhenti sejak Januari 2014.
"Dampaknya memang pasti ada tetapi tidak akan besar karena ada sektor-sektor lain yang akan memberi kontribusi yang signifikan pada tahun ini dan bisa menggantikan `share` nikel mentah dalam pertumbuhan ekonomi daerah," kata Patta Tope yang juga guru besar Fakultas Ekonomi Universitas Tadulako Palu itu kepada Antara, Selasa.
Ia mengemukakan pendapatnya tersebut menanggapi anjloknya penerimaan devisa ekspor komoditas migas dan nonmigas dari Sulawesi Tengah anjlok hingga hampir 40 persen pada Januari 2014 setelah diberlakukannya UU No.4 Taun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.
Kepala BPS Sulteng J. Priyono menyebutkan, penerimaan devisa ekspor pada Januari 2014 adalah 19,82 juta dolar AS, turun hampir 40 persen dibanding Januari 2013 yang mencapai 33,50 juta dolar AS dan turun 31 persen dibanding Desember 2013 sebesar 28,71 juta dolar AS.
Priono mengatakan bahwa anjloknya ekspor Sulteng bisa mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah pada 2014 sebab ekspor nikel menyumbang pada pertumbuhan ekonomi sampai sekitar 1,1 persen.
"Kalau pada 2013 pertumbuhan ekonomi Sulteng mencapai 9,28 persen, maka pada 2014 ini, bisa terpangkas menjadi hanya delapan persen. Itupun kalau ekspor komoditi lain tidak mengalami kemun duran (ceteris-paribus)," ujarnya.
Patta Tope selanjutnya mengemukakan bahwa ada tiga hal penting yang dapat menutupi hilangnya kontribusi nikel mentah dalam perekonomian daerah yakni akan beroperasinya kilang LNG di Donggi-Senoro, Kabupaten Banggai pada triwulan III/2014.
Selain itu, akan keluarnya Peraturan Pemerintah (PP) mengenai kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Palu dalam waktu dekat ini sesuai janji Menko Perekonomian Hatta rata Rajasa saat berkunjung ke Palu baru-baru ini, serta beroperasinya PLTA Sulewana yang akan memasok listrik cukup besar ke sebagian besar kabupaten/kota di Sulteng, termasuk KEK Palu.
"Kalau kilang LNG Donggi Senoro beroperasi dan mulai melakukan ekspor, maka devisa yang hilang akibat terhentinya ekspor nikel mentah bisa ditutupi. Selain itu, beberapa perusahaan tambang nikel juga sudah mulai membangun smelter, sehingga ekspor nikel tidak akan sampai nihil," ujarnya.
Di samping itu, katanya, kegiatan konstruksi kilang LNG Donggi-Senoro yang masih terus berjalan dengan investasi triliunan rupiah, juga berkontribusi cukup tinggi pada perekonomian daerah.
"Kalau PP tentang KEK terbit pada Maret atau April 2014 dan diikuti pasokan listrik yang melimpah dari PLTA Sulewana, maka perusahaan yang sudah siap berinvestasi dengan dana puluhan triliun rupiah di KEK Palu itu akan memulai kegiatannya tahun ini juga," ujarnya.
Karena itu, Patta Tope yakin, pertumbuhan ekonomi Sulteng pada 2014 tidak akan lebih rendah dari delapan persen, dibanding pertumbuhan 2013 yang mencapai 9,38 persen, dan pada 2015 dan seterusnya, kita optimistis akan kembali tinggi bahkan bisa mencapai dua digit.
Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, Sulawesi Tengah mengalami pertumbuhan ekonomi secara progresif. Di tahun 2013, misalnya, ekonomi daerah tumbuh 9,38 persen, lebih tinggi dari 2012 yang tercatat 9,24 persen dan 2009 sebesar 7,71 persen.(skd) 

Palu,  (antarasulteng.com) - Ketua Bappeda Sulawesi Tengah Prof Dr HPatta Tope mengatakan bahwa ekonomi Sulawesi Tengah pada 2014 diyakini tetap menggeliat dengan pertumbuhan di atas delapan persen, sekalipun ekspor nikel mentah terhenti sejak Januari 2014.

"Dampaknya memang pasti ada tetapi tidak akan besar karena ada sektor-sektor lain yang akan memberi kontribusi yang signifikan pada tahun ini dan bisa menggantikan `share` nikel mentah dalam pertumbuhan ekonomi daerah," kata Patta Tope yang juga guru besar Fakultas Ekonomi Universitas Tadulako Palu itu kepada Antara, Selasa.

Ia mengemukakan pendapatnya tersebut menanggapi anjloknya penerimaan devisa ekspor komoditas migas dan nonmigas dari Sulawesi Tengah anjlok hingga hampir 40 persen pada Januari 2014 setelah diberlakukannya UU No.4 Taun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.

Kepala BPS Sulteng J. Priyono menyebutkan, penerimaan devisa ekspor pada Januari 2014 adalah 19,82 juta dolar AS, turun hampir 40 persen dibanding Januari 2013 yang mencapai 33,50 juta dolar AS dan turun 31 persen dibanding Desember 2013 sebesar 28,71 juta dolar AS.

Priono mengatakan bahwa anjloknya ekspor Sulteng bisa mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah pada 2014 sebab ekspor nikel menyumbang pada pertumbuhan ekonomi sampai sekitar 1,1 persen.

"Kalau pada 2013 pertumbuhan ekonomi Sulteng mencapai 9,28 persen, maka pada 2014 ini, bisa terpangkas menjadi hanya delapan persen. Itupun kalau ekspor komoditi lain tidak mengalami kemun duran (ceteris-paribus)," ujarnya.

Patta Tope selanjutnya mengemukakan bahwa ada tiga hal penting yang dapat menutupi hilangnya kontribusi nikel mentah dalam perekonomian daerah yakni akan beroperasinya kilang LNG di Donggi-Senoro, Kabupaten Banggai pada triwulan III/2014.

Selain itu, akan keluarnya Peraturan Pemerintah (PP) mengenai kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Palu dalam waktu dekat ini sesuai janji Menko Perekonomian Hatta rata Rajasa saat berkunjung ke Palu baru-baru ini, serta beroperasinya PLTA Sulewana yang akan memasok listrik cukup besar ke sebagian besar kabupaten/kota di Sulteng, termasuk KEK Palu.

"Kalau kilang LNG Donggi Senoro beroperasi dan mulai melakukan ekspor, maka devisa yang hilang akibat terhentinya ekspor nikel mentah bisa ditutupi. Selain itu, beberapa perusahaan tambang nikel juga sudah mulai membangun smelter, sehingga ekspor nikel tidak akan sampai nihil," ujarnya.

Di samping itu, katanya, kegiatan konstruksi kilang LNG Donggi-Senoro yang masih terus berjalan dengan investasi triliunan rupiah, juga berkontribusi cukup tinggi pada perekonomian daerah.

"Kalau PP tentang KEK terbit pada Maret atau April 2014 dan diikuti pasokan listrik yang melimpah dari PLTA Sulewana, maka perusahaan yang sudah siap berinvestasi dengan dana puluhan triliun rupiah di KEK Palu itu akan memulai kegiatannya tahun ini juga," ujarnya.

Karena itu, Patta Tope yakin, pertumbuhan ekonomi Sulteng pada 2014 tidak akan lebih rendah dari delapan persen, dibanding pertumbuhan 2013 yang mencapai 9,38 persen, dan pada 2015 dan seterusnya, kita optimistis akan kembali tinggi bahkan bisa mencapai dua digit.

Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, Sulawesi Tengah mengalami pertumbuhan ekonomi secara progresif. Di tahun 2013, misalnya, ekonomi daerah tumbuh 9,38 persen, lebih tinggi dari 2012 yang tercatat 9,24 persen dan 2009 sebesar 7,71 persen.(skd) 

Sumber: http://www.antarasulteng.com/berita/13344/patta-tope-ekonomi-sulteng-2014-tetap-menggeliat