BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Pertumbuhan Ekonomi Sulteng 2014 Diprediksi Turun

Pertumbuhan Ekonomi Sulteng 2014 Diprediksi Turun
Palu,  (antarasulteng.com) - Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah pada 2014 diperkirakan turun signifikan akibat terhentinya ekspor nikel mentah (ore) mulai 12 Januari 2014, menyusul diberlakukannya UU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Minerba. 
Pemimpin Bank Indonesia Perwakilan Sulawesi Tengah Purjoko mengemukakan di Palu, Kamis, pertumbuhan ekonomi diproyeksikan melambat dari 9,38 persen pada 2013 menjadi 6,6 - 7,6 persen pada 2014.
Penyebab paling signifikan melemahnya pertumbuhan ekonomi itu adalah terhentinya ekspor nikel (ore) yang selama ini menyumbang hampir 80 persen dari total penerimaan devisa Sulteng, ditambah lagi melemahnya ekspor biji kakao yang merupakan komoditi unggulan sektor perkebunan.
Karena itu, menurut Purjoko, akan terjadi pergeseran komoditi penopang utama pertumbuhan ekonomi 2014 yakni dari sektor pertambangan ke sektor pertanian, sektor jasa-jasa, bangunan, perdagangan, hotel dan restoran, khususnya terkait pelaksanaan pesta demokrasi pemilu.
Namun pada triwulan I-2014, katanya, sektor pertanian diperkirakan melambat seiring dengan belum tibanya panen raya, curah hujan yang tinggi dan banjir yang terjadi di beberapa sentra produksi pertanian. 
Kinerja sektor jasa-jasa dan sektor bangunan juga diperkirakan masih lambat karena minimnya realisasi proyek pemerintah di awal tahun anggaran.
"Faktor positif penopang kinerja sektor bangunan antara lain masih berjalannya proyek konstruksi berbagai perusahaan besar di Sulawesi Tengah dan proyek properti di sentra ekonomi seperti di Kota Palu dan Kabupaten Banggai," ujarnya.
Di sisi lain, katanya, inflasi Sulawesi Tengah pada 2014 diproyeksikan sebesar 4,7-5,7 persen atau turun dari 2013 sebesar 7,57 persen.
"Tidak adanya kebijakan yang berdampak besar yang dilakukan pemerintah seperti kenaikan harga BBM, serta berbagai upaya meningkatkan produksi pangan dan rencana pembentukan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) sampai ke tingkat kabupaten, menjadi faktor-faktor penting menekan inflasi tahun ini," kata Purjoko lagi.
Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, Sulawesi Tengah, mengalami pertumbuhan ekonomi secara progresif. Di tahun 2013, misalnya, ekonomi daerah tumbuh 9,32 persen, lebih tinggi dari 2012 yang tercatat 9,24 persen dan 2009 sebesar 7,71 persen.
`Booming` ekspor nikel mentah dalam lima tahun terakhir, pembangunan kilang LNG di Banggai, pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Poso serta bergairahnya ekspor biji kakao merupakan faktor-faktor penentu utama tingginya pertumbuhan ekonomi di provinsi ini. (skd) 

Palu,  (antarasulteng.com) - Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah pada 2014 diperkirakan turun signifikan akibat terhentinya ekspor nikel mentah (ore) mulai 12 Januari 2014, menyusul diberlakukannya UU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Minerba. 

Pemimpin Bank Indonesia Perwakilan Sulawesi Tengah Purjoko mengemukakan di Palu, Kamis, pertumbuhan ekonomi diproyeksikan melambat dari 9,38 persen pada 2013 menjadi 6,6 - 7,6 persen pada 2014.

Penyebab paling signifikan melemahnya pertumbuhan ekonomi itu adalah terhentinya ekspor nikel (ore) yang selama ini menyumbang hampir 80 persen dari total penerimaan devisa Sulteng, ditambah lagi melemahnya ekspor biji kakao yang merupakan komoditi unggulan sektor perkebunan.

Karena itu, menurut Purjoko, akan terjadi pergeseran komoditi penopang utama pertumbuhan ekonomi 2014 yakni dari sektor pertambangan ke sektor pertanian, sektor jasa-jasa, bangunan, perdagangan, hotel dan restoran, khususnya terkait pelaksanaan pesta demokrasi pemilu.

Namun pada triwulan I-2014, katanya, sektor pertanian diperkirakan melambat seiring dengan belum tibanya panen raya, curah hujan yang tinggi dan banjir yang terjadi di beberapa sentra produksi pertanian. 

Kinerja sektor jasa-jasa dan sektor bangunan juga diperkirakan masih lambat karena minimnya realisasi proyek pemerintah di awal tahun anggaran.

"Faktor positif penopang kinerja sektor bangunan antara lain masih berjalannya proyek konstruksi berbagai perusahaan besar di Sulawesi Tengah dan proyek properti di sentra ekonomi seperti di Kota Palu dan Kabupaten Banggai," ujarnya.
Di sisi lain, katanya, inflasi Sulawesi Tengah pada 2014 diproyeksikan sebesar 4,7-5,7 persen atau turun dari 2013 sebesar 7,57 persen.

"Tidak adanya kebijakan yang berdampak besar yang dilakukan pemerintah seperti kenaikan harga BBM, serta berbagai upaya meningkatkan produksi pangan dan rencana pembentukan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) sampai ke tingkat kabupaten, menjadi faktor-faktor penting menekan inflasi tahun ini," kata Purjoko lagi.

Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, Sulawesi Tengah, mengalami pertumbuhan ekonomi secara progresif. Di tahun 2013, misalnya, ekonomi daerah tumbuh 9,32 persen, lebih tinggi dari 2012 yang tercatat 9,24 persen dan 2009 sebesar 7,71 persen.
`Booming` ekspor nikel mentah dalam lima tahun terakhir, pembangunan kilang LNG di Banggai, pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Poso serta bergairahnya ekspor biji kakao merupakan faktor-faktor penentu utama tingginya pertumbuhan ekonomi di provinsi ini. (skd) 

Sumber: http://www.antarasulteng.com/berita/13256/pertumbuhan-ekonomi-sulteng-2014-diprediksi-turun