BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Pusat Ekonomi di Ujung Barat...

kota Sorong
Pusat Ekonomi di Ujung Barat...
Fabio Maria Lopes Costa
31 Juli 2015

Kota Sorong merupakan kota di daratan Papua, selain Jayapura. Daerah itu berperan sebagai sumber pemasok barang kebutuhan pokok bagi sejumlah kabupaten di Papua Barat dan pintu gerbang menuju Raja Ampat, yang selama ini menjadi salah satu destinasi wisata berkelas internasional.
Deretan perahu ditambatkan, sementara sejumlah anak bermain di Pulau Doom, Kota Sorong, Papua Barat, pertengahan Maret 2015. Pulau Doom yang kaya wisata sejarah dapat dilihat dengan menggunakan becak. Tukang becak akan menjelaskan informasi singkat tentang Pulau Doom saat wisatawan berkeliling. Pulau Doom dapat dikunjungi dengan menumpang perahu sewaan dari Kota Sorong.
KOMPAS/DWI BAYU RADIUSDeretan perahu ditambatkan, sementara sejumlah anak bermain di Pulau Doom, Kota Sorong, Papua Barat, pertengahan Maret 2015. Pulau Doom yang kaya wisata sejarah dapat dilihat dengan menggunakan becak. Tukang becak akan menjelaskan informasi singkat tentang Pulau Doom saat wisatawan berkeliling. Pulau Doom dapat dikunjungi dengan menumpang perahu sewaan dari Kota Sorong.

Pertengahan Februari lalu, Kompas menghabiskan waktu selama tiga pekan di Kota Sorong. Biasanya pada waktu senja hingga tengah malam, ratusan warga selalu memadati Pantai Doflor yang terletak di Jalan Yos Sudarso.

Di tempat itu, terdapat sebuah dinding setinggi 1 meter dengan panjang hampir mencapai 1 kilometer. Warga setempat menyebutnya sebagai Tembok Berlin.

Di sekitar Tembok Berlin terdapat ratusan warung sederhana yang menjual aneka makanan laut dan kuliner lain. Pedagang berlomba mengejar rupiah dari warga. Tembok Berlin menjadi salah satu urat nadi perekonomian Kota Sorong meskipun sebenarnya tempat itu tampak kurang bersih.

Itulah gambaran singkat Kota Sorong yang terletak di Provinsi Papua Barat. Wilayah ini memiliki 10 kecamatan dan 41 kelurahan. Luas satu-satunya kota di Papua Barat itu adalah 1.105 kilometer persegi. Dalam peta, bentuk wilayah Papua seperti burung. Kota Sorong terletak di bagian kepala burung.

Sesuai data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Sorong dan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2014, jumlah penduduk di Kota Sorong hingga Oktober 2014 mencapai 349.672 jiwa, yang terdiri dari laki-laki sebanyak 185.765 jiwa dan perempuan sebanyak 163.907 jiwa. Dalam lima tahun terakhir, jumlah pertumbuhan penduduk mencapai 4,84 persen atau 16.930 jiwa.

Tahun 2013, indeks pertumbuhan manusia (IPM) Kota Sorong mengalami sedikit peningkatan, yakni menjadi 78,92. Nilai itu menjadi IPM tertinggi dari 12 kabupaten lain di Papua Barat dan di atas IPM rata-rata secara nasional, yakni 73,91.

Akses ke Kota Sorong tidaklah sulit. Melalui jalur udara, terdapat Bandara Domine Eduard Osok. Sejumlah maskapai penerbangan nasional, seperti Garuda Indonesia Airlines, Express Air, Sriwijaya Air, dan Wings Air, telah memasuki bandara itu. Pada Januari hingga Agustus 2014, jumlah penumpang yang datang ke Kota Sorong melalui transportasi udara sebanyak 145.987 orang.

Sementara melalui jalur laut, terdapat Pelabuhan Yos Sudarso yang disingahi kapal penumpang milik PT Pelni, kapal niaga, dan kapal kargo. Selain itu, juga terdapat pelabuhan rakyat yang melayani pelayaran antarpulau di sekitar Papua dan Maluku.

Wali Kota Sorong Lamberthus Jitmau, Kamis (30/7) di Sorong, mengatakan, kehadiran sejumlah industri juga mendatangkan minat banyak warga dari luar Papua yang mencari kerja di Kota Sorong. "Berdasarkan data BPS Kota Sorong tahun 2014, jumlah pencari kerja mencapai 12.469 orang. Sebanyak 920 orang ditempatkan di beberapa perusahaan. Sebanyak 27 orang adalah tenaga asing," paparnya.

Peran strategis

Kota Sorong memiliki potensi yang sangat strategis sebagai pintu gerbang di ujung Barat Papua dari udara ataupun laut. Wilayah ini memegang peranan yang penting bagi mobilisasi manusia dan barang dari luar dan masuk ke Papua.
content

Bahkan, untuk pasokan bahan pangan, sebanyak lima kabupaten yang bergantung pada Kota Sorong, yakni Kabupaten Sorong, Tambrauw, Sorong Selatan, Maybrat, dan Raja Ampat. Padahal, Kabupaten Raja Ampat amat sering dikunjungi warga dari sejumlah daerah, termasuk dari banyak negara, untuk menyaksikan keindahan lautnya yang luar biasa. Kota Sorong harus mendukung pertumbuhan kabupaten itu.

Ketua Lembaga Masyarakat Adat Malamoi di Sorong Silas Ongge Kalami menuturkan, sejarah wilayah Sorong menjadi pusat perekonomian di Papua Barat telah dimulai sejak zaman kolonial Belanda. "Sebelum masuknya penyebaran agama Kristen ke Sorong pada 27 Oktober 1927, sudah terdapat sebuah perusahaan pengeboran minyak bernama Nederlands Neuw Guinea Maschcapeij," tuturnya.

Saat ini Kota Sorong ditetapkan oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo-Wakil Presiden Jusuf Kalla sebagai salah satu jalur tol laut. Kebijakan ini bertujuan menekan tingginya disparitas antara wilayah barat Indonesia dan Papua. Selama ini, kawasan timur Indonesia, khususnya Papua, memang tertinggal dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia.

Sektor pengiriman peti kemas terus meningkat dalam dua tahun terakhir. Berdasarkan data dari PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) IV Wilayah Kota Sorong semester I, Januari hingga Juni 2015, jumlah peti kemas yang masuk kota itu sebanyak 22.963 boks. Jumlah ini meningkat 14,23 persen dibandingkan dengan semester I tahun 2014, yakni 22.208 boks. Seluruh boks didatangkan dari tiga daerah, yaitu DKI Jakarta, Surabaya, dan Makassar.

"Sekitar 70 persen boks yang masuk ke Kota Sorong berisi barang kebutuhan pokok yang disalurkan ke lima kabupaten, yakni Kabupaten Sorong, Tambrauw, Sorong Selatan, Maybrat, dan Raja Ampat," papar General Manager PT Pelindo IV Wilayah Kota Sorong Roy Simanjuntak.

Ia pun menuturkan, meningkatnya jumlah peti kemas yang masuk Kota Sorong dipengaruhi pertumbuhan penduduk yang drastis di wilayah Sorong Raya. Saat ini, luas tempat penyimpanan peti kemas di Pelabuhan Yos Sudarso sebesar 25.000 meter persegi. Direncanakan, kami akan menambah luas tempat sebesar 5 hektar tahun 2016. Upaya ini untuk mendukung program Kota Sorong menjadi jalur tol laut," kata Roy.

Memang benar dalam produk domestik regional bruto (PDRB) Kota Sorong tahun 2013, pertumbuhan ekonomi kota itu pada sektor pertanian masih minim, yakni 3,31 persen. Namun, daerah berjuluk "Kota Minyak" itu berhasil mengembangkan potensinya dalam sektor jasa.

Salah satunya jasa transportasi laut. Sorong menjadi rute pusat transportasi laut ke sejumlah wilayah di Raja Ampat. Kapal penumpang dari Sorong yang masuk ke Waisai, ibu kota Raja Ampat, sebanyak tiga kali dalam seminggu, yakni Senin, Rabu, dan Jumat.

Sebanyak dua kapal yang masuk ke Waisai masing-masing memiliki daya angkut sekitar 200 penumpang. Sebanyak 80 persen penumpang kapal itu adalah penduduk Raja Ampat.

"Biasanya, kami berbelanja kebutuhan pokok dan bahan bakar minyak untuk kebutuhan sehari-hari. Oleh karena itu, peranan Kota Sorong sangat penting bagi kami," kata Hudger Nifu, (35), warga Kabupaten Raja Ampat.

Selain berperan penting sebagai pusat masuknya peti kemas dan jasa transportasi laut, sektor jasa bangunan dari ratusan tempat usaha juga menjadi salah satu pilar penting yang mendukung perekonomian Kota Sorong. Berdasarkan data Dinas Pendapatan Daerah Kota Sorong, pendapatan dari Pajak Bumi dan Bangunan mencapai Rp 7 miliar sepanjang tahun 2014.

Tantangan Kota Sorong adalah kini kian harus menyejahterakan rakyatnya.

Sumber: http://print.kompas.com/baca/2015/07/31/Pusat-Ekonomi-di-Ujung-Barat

Related-Area: