BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Sulteng Butuh Rp23 Miliar Tangani Dampak Banjir

Sulteng Butuh Rp23 Miliar Tangani Dampak Banjir
Palu (antarasulteng.com) - Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah membutuhkan dana sekitar Rp23 miliar untuk memperbaiki infrastruktur pengairan yang rusak akibat banjir yang melanda sejumlah wilayah di provinsi ini pada Januari 2014.
"Itu baru penanganan darurat karena untuk membangun permanen membutuhkan anggaran yang lebih besar," kata Kepala Dinas Sumber Daya Air Provinsi Sulawesi Tengah Saliman Simanjuntak di Palu, Senin.
Dia mengatakan saat ini telah teridentifikasi 14 titik dampak banjir yang berhubungan dengan pengairan dan membutuhkan penanganan segera sebelum menimbulkan dampak yang lebih besar.
"14 titik itu masuk dalam kategori kritis," katanya.
Saliman mengatakan masih ada titik bencana lain hanya saja sudah ditangani oleh pemerintah pusat melalui Balai Sungai, seperti Sungai Lewara di Kota Palu. Saat banjir Januari lalu, sungai ini menggerus daratan mengakibatkan sejumlah fasilitas publik seperti rumah ibadah dan rumah penduduk terancam.
"Ini sedang dikerjakan oleh Balai Suangai," katanya.
Selain itu masih banyak lagi laporan yang masuk ke Dinas Sumber Daya Air melalui surat kepala desa, hanya saja belum masuk kategori kritis namun tetap diwaspadai karena jika dibiarkan bisa berdampak besar.
Saliman mengatakan titik paling rawan antara lain Sungai Poboya, Sungai Kawatuna, Kasimbar, Sibado, Tawaeli dan Panii.
"Sungainya tergerus sehingga kritis," katanya.
Dia mencontohkan Sungai Poboya Kota Palu mengalami kerusakan pada "check dump". Sebanyak dua "check dump" di sungai ini jebol karena dihantam banjir.
Saliman mengatakan akibat jebolnya "check dum" tersebut mengakibatkan arus air semakin kuat sehingga dikhawatirkan bila curah hujan tinggi banjir besar tidak bisa dibendung sehingga bisa mengancam rumah penduduk.
Ahli pengairan ini mengatakan pegawai di dinas yang dipimpin sudah melakukan survei ke semua lokasi tersebut. Karena belum ada anggaran sehingga mereka turun ke lokasi tanpa menggunakan biaya perjalanan dinas.
"Tapi nanti akan kita upayakan agar perjalanan dinas mereka diganti, karena ini kondisi darurat," katanya.
Dia mengatakan untuk membangun secara permanen lokasi yang rusak tersebut dirinya belum bisa memprediksi besaran anggaran yang dibutuhkan karena prosesnya harus melalui desain dan itu dikerjakan oleh konsultan.
"Bisa sampai seratus miliar," katanya. (A055)

Palu (antarasulteng.com) - Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah membutuhkan dana sekitar Rp23 miliar untuk memperbaiki infrastruktur pengairan yang rusak akibat banjir yang melanda sejumlah wilayah di provinsi ini pada Januari 2014.

"Itu baru penanganan darurat karena untuk membangun permanen membutuhkan anggaran yang lebih besar," kata Kepala Dinas Sumber Daya Air Provinsi Sulawesi Tengah Saliman Simanjuntak di Palu, Senin.

Dia mengatakan saat ini telah teridentifikasi 14 titik dampak banjir yang berhubungan dengan pengairan dan membutuhkan penanganan segera sebelum menimbulkan dampak yang lebih besar.
"14 titik itu masuk dalam kategori kritis," katanya.

Saliman mengatakan masih ada titik bencana lain hanya saja sudah ditangani oleh pemerintah pusat melalui Balai Sungai, seperti Sungai Lewara di Kota Palu. Saat banjir Januari lalu, sungai ini menggerus daratan mengakibatkan sejumlah fasilitas publik seperti rumah ibadah dan rumah penduduk terancam.

"Ini sedang dikerjakan oleh Balai Suangai," katanya.
Selain itu masih banyak lagi laporan yang masuk ke Dinas Sumber Daya Air melalui surat kepala desa, hanya saja belum masuk kategori kritis namun tetap diwaspadai karena jika dibiarkan bisa berdampak besar.

Saliman mengatakan titik paling rawan antara lain Sungai Poboya, Sungai Kawatuna, Kasimbar, Sibado, Tawaeli dan Panii.
"Sungainya tergerus sehingga kritis," katanya.

Dia mencontohkan Sungai Poboya Kota Palu mengalami kerusakan pada "check dump". Sebanyak dua "check dump" di sungai ini jebol karena dihantam banjir.

Saliman mengatakan akibat jebolnya "check dum" tersebut mengakibatkan arus air semakin kuat sehingga dikhawatirkan bila curah hujan tinggi banjir besar tidak bisa dibendung sehingga bisa mengancam rumah penduduk.

Ahli pengairan ini mengatakan pegawai di dinas yang dipimpin sudah melakukan survei ke semua lokasi tersebut. Karena belum ada anggaran sehingga mereka turun ke lokasi tanpa menggunakan biaya perjalanan dinas.

"Tapi nanti akan kita upayakan agar perjalanan dinas mereka diganti, karena ini kondisi darurat," katanya.
Dia mengatakan untuk membangun secara permanen lokasi yang rusak tersebut dirinya belum bisa memprediksi besaran anggaran yang dibutuhkan karena prosesnya harus melalui desain dan itu dikerjakan oleh konsultan.
"Bisa sampai seratus miliar," katanya. (A055)

Sumber: http://www.antarasulteng.com/berita/13140/sulteng-butuh-rp23-miliar-tangani-dampak-banjir