BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Sulteng Persiapkan Wisata Gerhana Matahari untuk 5.000 Turis Asing

Sulteng Persiapkan Wisata Gerhana Matahari untuk 5.000 Turis Asing
Videlis Jemali
Siang | 21 Januari 2016 15:56 WIB Ikon jumlah hit 37 dibaca Ikon komentar 0 komentar

PALU, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah mulai menyosialisasikan dan menyiapkan sejumlah titik pengamatan untuk wisata gerhana matahari total yang berlangsung pada 9 Maret 2016. Persiapan diperlukan karena setidaknya 5.000 turis mancanegara akan menyambangi Sulteng untuk menyaksikan fenomena alam langka itu.
Foto multicitra yang diambil pada 22 Juli 2009 menunjukkan tahapan gerhana matahari total (GMT) di Desa Baihata, sekitar 30 kilometer dari Guwahati, ibu kota Negara Bagian Assam, India. GMT akan terjadi lagi pada 9 Maret 2016. Indonesia merupakan satu-satunya daratan yang akan dilalui jalur GMT tahun ini. Karena itu, para peneliti dari sejumlah negara akan datang untuk melakukan pengamatan dan penelitian terkait hal itu.
AFP/BIJU BOROFoto multicitra yang diambil pada 22 Juli 2009 menunjukkan tahapan gerhana matahari total (GMT) di Desa Baihata, sekitar 30 kilometer dari Guwahati, ibu kota Negara Bagian Assam, India. GMT akan terjadi lagi pada 9 Maret 2016. Indonesia merupakan satu-satunya daratan yang akan dilalui jalur GMT tahun ini. Karena itu, para peneliti dari sejumlah negara akan datang untuk melakukan pengamatan dan penelitian terkait hal itu.

Di Kota Palu telah dipasang dua baliho besar di jalan protokol yang menginformasikan kegiatan wisata gerhana matahari total. Di papan informasi itu dicantumkan aneka kegiatan jelang hari puncak gerhana matahari total, seperti pameran industri kecil dan atraksi budaya.

Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sulteng Siti Norma Mardjanu yang juga ketua panitia kegiatan di Palu, Kamis (21/1/2016), menuturkan, sosialisasi masih terbatas karena kendala anggaran. Sosialisasi baru bisa gencar dilakukan pada Februari nanti.

Sejumlah tempat di Sulteng akan dilewati gerhana matahari total dengan durasi cukup lama, rata-rata 2 menit 30 detik. Tempat itu antara lain Kota Palu, Kabupaten Sigi, dan Kabupaten Poso.

Norma menyatakan, untuk Kota Palu, pihaknya telah menetapkan dua titik pengamatan, yaitu Anjungan Talise di tepi Teluk Palu dan di Ngata Baru, Kecamatan Mantikulore. Sementara di Sigi, dua tempat disiapkan adalah Puncak Mantatimali dan daerah Gumbasa di kawasan Taman Nasional Lore Lindu. Di Poso, titik pengamatan berpusat di Danau Poso, Tentena, Kecamatan Pamona Puselembah.
Suasana orang memotret gerhana matahari total di kota Chongqing, Tiongkok, 22 Juli 2009.
HARTONO HALIM/HARTONO HALIMSuasana orang memotret gerhana matahari total di kota Chongqing, Tiongkok, 22 Juli 2009.

Menurut Norma, penentuan titik pengamatan memperhatikan pertimbangan dari BMKG dan keterjangkauan lokasi dengan wisata sekitar. Di Mantatimali, misalnya, selain untuk pengamatan gerhana matahari total, wisatawan bisa menikmati paralayang. Di Gumbasa, wisata gerhana matahari bisa disatukan dengan paket arung jeram di Sungai Gumbasa.

Ia menambahkan, pihaknya terus berkoordinasi dengan pemangku kepentingan yang akan dilibatkan dalam berbagai kegiatan, mulai dari kelompok usaha kecil dam menengah, kepolisian, hingga para pengusaha hotel.

Pelaku usaha di Kota Palu Alain John Siwy, mengingatkan agar pemerintah mempersiapkan segala kegiatan dengan matang. Gerhana matahari total menjadi pintu masuk untuk memperkenalkan kekayaan budaya, potensi ekonomi, dan potensi wisata di Sulteng.

Sejumlah informasi menyebutkan, turis yang akan menyambangi Sulteng berasal dari Amerika Serikat, Korea Selatan, Jepang, Singapura, dan Inggris. Mereka rata-rata menginap hingga empat hari di Kota Palu.

Sumber: http://print.kompas.com/baca/2016/01/21/Sulteng-Persiapkan-Wisata-Gerhana-Matahari-untuk-5

Related-Area: