BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

WHO: Perlu Langkah Luar Biasa

wabah ebola
WHO: Perlu Langkah Luar Biasa

 
FREETOWN, JUMAT — Wabah ebola di Afrika barat semakin mematikan dan tak terkendali. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kamis (14/8), menyatakan, skala penyebaran virus itu terlalu disepelekan dan langkah- langkah luar biasa pun amat diperlukan untuk mengendalikan penyebarannya.

Dalam pernyataan itu, WHO juga menambahkan, staf di lapangan menemukan bukti bahwa jumlah kasus dan kematian yang dilaporkan belum menggambarkan skala kasus sesungguhnya yang jauh lebih besar.

Badan PBB itu menegaskan, dibutuhkan koordinasi ”respons internasional dalam skala besar”. Hanya dengan satu langkah besar bersama masyarakat dunia, penyebaran wabah terburuk itu dapat dihentikan.

”WHO sedang melakukan koordinasi dalam skala besar-besaran untuk sebuah respons internasional, menyusun dukungan dari masing-masing negara, lembaga pengendalian penyakit, lembaga di lingkungan PBB, dan lain-lainnya,” kata WHO.

Kasus ebola pertama ditemukan di Sudan dan Kongo pada tahun 1976. Namun, wabah terburuk dimulai sejak Maret dan hingga sejauh ini 1.069 orang tewas dengan pusat wabah berada di tiga negara Afrika barat, yakni Sierra Leone, Liberia, dan Guinea.

Nigeria juga telah terkena wabah serupa dengan jumlah kematian mencapai 4 kasus dari 10 orang yang sebelumnya dilaporkan terjangkit virus ebola dari tiga negara tetangganya. Hari Kamis, Washington memerintahkan evakuasi para diplomat dan keluarganya dari Sierra Leone. Para analis memperingatkan dampak ebola pada ekonomi di kawasan Afrika barat.
Bisa lama

”Wabah ini diperkirakan terus berlanjut hingga beberapa waktu. Rencana respons operasional WHO diperpanjang hingga beberapa bulan ke depan,” kata WHO.

Direktur Jenderal WHO Margaret Chan, Kamis, menggelar diskusi dengan sekelompok duta besar di markas PBB di Geneva. WHO mengatakan, pertemuan itu ”mengidentifikasi kebutuhan paling mendesak di dalam negeri (dari negara yang terkena wabah) dan menyesuaikannya dengan dukungan cepat internasional”.

Wabah ebola pun mulai mengganggu Lagos, kota terbesar di Nigeria, dan kota besar terpadat di Afrika. Orang keempat yang dirawat di ruang isolasi ebola telah meninggal. Kematian menyebabkan kekhawatiran luas di sana.

Wabah ebola juga mengancam aktivitas industri minyak dan gas di Nigeria jika para pekerja internasional meninggalkan negara berekonomi kuat di Afrika itu. Lembaga pemeringkat Moody memperingatkan, jika perusahaan mengevakuasi staf, pekerja, dan keluarganya, hal ini jelas akan berdampak buruk pada ekonomi kawasan tersebut.

”Setiap penurunan produksi akan langsung berdampak pada kemerosotan ekonomi dan fiskal,” kata Matt Robinson, pejabat senior Moody’s.

Presiden AS Barack Obama mengontak Presiden Liberia Ellen Johnson Sirleaf dan Presiden Sierra Leone Ernest Bai Koroma. Panggilan telepon itu terjadi setelah Departemen Luar Negeri AS meminta seluruh diplomat dan keluarga mereka meninggalkan Sierra Leone. (AFP/REUTERs/CAL)




Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000008353162

Related-Area: