Infrastruktur
Memperkuat Pelabuhan
PETA kawasan pelabuhan berukuran besar dipajang di sisi aula kantor Shanghai Mingdong Container Terminals Limited. Perusahaan tersebut merupakan patungan antara Shanghai International Port (Group) Company Limited dan Hutchison Port Holdings Limited.
Peta itu menjadi alat bantu Head of Engineering Hutchison Ports China Joe Cho Kwong Ho memberikan paparan kepada rombongan delegasi PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II/Indonesia Port Corporation (IPC) yang datang berkunjung.
Ia menjelaskan potensi strategis pelabuhan di SMCT yang berada di muara Sungai Yangtze. Sungai raksasa yang melewati banyak wilayah di daratan China tersebut menjadi jalur tongkang mengirim barang ke pelabuhan.
Barang yang diangkut tongkang ke pelabuhan di Shanghai mencapai 40 persen. Sisanya, 60 persen, diangkut lewat darat.
Kondisi ini berbeda dengan pelabuhan di Indonesia, khususnya Jakarta, yang hampir 100 persen barangnya datang ke pelabuhan diangkut truk. Pengangkutan yang hanya terkonsentrasi lewat jalur darat ini jelas memiliki kerentanan.
Belum hilang dari ingatan publik ketika jalur pantai utara Jawa putus akibat banjir beberapa waktu lalu. Aktivitas industri di Jawa Tengah pun terganggu akibat hambatan pengiriman barang menuju dan dari Pelabuhan Tanjung Priok.
Para pemangku kepentingan di Shanghai sadar bahwa ke depan dengan pelabuhan berkedalaman alur 12,8 meter mereka tidak akan mampu bersaing. Oleh karena itu, pemerintah setempat membangun paket jembatan sekitar 32 kilometer menuju ke pulau kecil di perairan Laut Timur.
Langkah ini merupakan upaya mendapatkan kedalaman alami 16 meter untuk membangun dermaga yang bisa menjadi tempat bersandar dan bertolak kapal besar. Kapal besar yang mampu mengangkut barang lebih banyak akan mengefisienkan biaya angkut.
Efisiensi seperti ini akhirnya akan bermuara pada daya saing harga produk atau komoditas yang dibawa untuk memasuki pasar dunia. Terlihat bahwa pelabuhan menjadi titik tolak memenangi persaingan.
Kondisi ini menggambarkan pentingnya bagi Indonesia memiliki pelabuhan berkedalaman 16 meter. Pelabuhan yang bisa menampung kapal berkapasitas 18.000 TEU seperti itu belum ada di Indonesia.
Negeri ini akan memiliki pelabuhan dengan kedalaman 16 meter ketika terminal I Pelabuhan Priok Baru selesai dibangun dan beroperasi.
Menurut Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan, pembangunan fisik pelabuhan itu selesai akhir tahun 2014 dengan pengoperasian awal tahun 2015.
PT Pengembangan Pelabuhan Indonesia (PPI), anak perusahaan Pelindo II/IPC, yang membangun dermaganya. Adapun suprastruktur di atas dermaga, misalnya crane atau derek, dibangun oleh Mitsui and Co, Ltd. Ini sesuai kesepakatan yang dihasilkan di Tokyo, Jepang, pekan lalu, antara IPC dan Mitsui and Co, Ltd. Mitsui akan menjadi mitra pengoperasian terminal I Pelabuhan Priok Baru tersebut.
Apabila telah beroperasi, kapal-kapal berukuran besar, seperti yang selama ini bersandar di pelabuhan Singapura, pun bisa masuk ke Priok Baru. Ekspor dari Indonesia ke Eropa dan AS pun bisa langsung dari Jakarta, tidak perlu transit di Singapura. Biaya ekspor bisa ditekan 40 persen.
Direktur Utama Pelindo II/IPC RJ Lino mengatakan, dermaga yang dibangun di Priok Baru bahkan didesain untuk kedalaman 20 meter. Apabila dibutuhkan, nantinya tinggal dikeruk lagi tanpa perlu membangun dermaga baru.
Ini dilakukan untuk mengantisipasi kebutuhan daya saing pelabuhan untuk 100 tahun ke depan. Keunggulan bersaing di masa depan ditentukan persiapan yang dilakukan sekarang.
(C Anto Saptowalyono)
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000005206863
-
- Log in to post comments
- 59 reads