Kebijakan
ADB: Reformasi Stuktural Dilanjutkan
MAKASSAR, KOMPAS — Pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi menurun tahun ini, tetapi secara umum, investasi akan membaik pada tahun 2015 setelah pemerintahan yang baru memaparkan kebijakan ekonominya dan mendorong kembali investasi di bidang infrastruktur. Walau demikian, defisit transaksi berjalan tetap menjadi tantangan signifikan yang harus diatasi. Untuk itu, Indonesia memerlukan reformasi struktural untuk memicu tingkat produktivitas dan daya saing secara berkelanjutan, salah satunya menghapus subsidi bahan bakar.
”Untuk menghadapi tantangan terkait defisit transaksi berjalan, Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah-langkah untuk memperlambat laju permintaan domestik, mendorong ekspor, dan menahan impor seiring terdepresiasinya rupiah. Namun, dampak kebijakan tersebut hanya akan bertahan satu-dua tahun. Dalam jangka panjang, penguatan neraca berjalan memerlukan reformasi struktural untuk memacu tingkat produktivitas dan daya saing secara berkelanjutan,” kata Edimon Ginting, Deputy Country Director and Senior Country Economist, ADB, Indonesia Resident Mission, di Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (3/4).
Edimon mengatakan hal ini terkait laporan terbaru Bank Pembangunan Asia (ADB), yakni Asian Development Outlook 2014. Dalam laporannya, ADB memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan menurun menjadi 5,7 persen pada 2014 untuk kemudian naik menjadi 6,0 persen pada 2015. Ini mengasumsikan bahwa pemilihan umum bulan April dan Juli akan berlangsung lancar dan pemerintah akan mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki iklim investasi.
Salah satu bentuk reformasi struktural yang dipaparkan dalam tinjauan 2014 adalah penghapusan subsidi bahan bakar secara bertahap. ”Pemerintah memang telah mengambil langkah pengurangan subsidi pada 2013 dan perlu melanjutkan kebijakan tersebut,” kata Edimon. (REN)
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000005851565
-
- Log in to post comments
- 430 reads