Wednesday, 09 April 2014
Film Cahaya dari Timur, Jadi Spirit Bangun Maluku
Ambon - Film Cahaya dari Timur atau yang akrab disebut Beta Maluku, merupakan film yang dapat membangkitkan semangat dan spirit orang-orang Maluku, untuk bisa lebih bersatu dan memberikan kontribusi yang terbaik bagi Maluku.
“Film ini penting untuk Maluku karena merupakan bentuk mempromosi Maluku dan bagaimana orang Maluku bisa membangun perdamaian dengan kondisi Maluku yang ada saat ini. Di sisi lain, film ini juga dapat membangkitkan semangat dan spirit orang-orang Maluku agar lebih bersatu dan memberikan kontribusi yang terbaik bagi Maluku,” ungkap Co Produser, Ikhsan Tualeka, kepada wartawan, usai melakukan audience bersama Gubernur Maluku, Said Assagaff, Selasa (8/4).
Dijelaskan, audience yang dilakukan bersama Gubernur Maluku ini agar ada sebuah sinergitas antara insan perfilman, social civil maupun pemerintah sendiri untuk mendukung upaya-upaya positif demi kemajuan dan promosi Maluku untuk lebih baik kedepannya.
“Jadi kita juga ketemu dengan pemprov disini agar menjadi sebuah sinergitas antara insan perfilman, social civil maupun pemerintah sendiri untuk mendukung upaya-upaya positif demi kemajuan dan promosi Maluku untuk lebih baik ke depan. Ini juga penting untuk kemajuan pariwisata dan pencitraan daerah, misalnya film lascar pelangi bisa memberikan pencitraan yang terbaik untuk Provinsi Bangka Belitung, maka kita juga berharap hal yang sama juga bisa terjadi untuk Maluku yang lebih baik kedepan,” ujarnya, didampingi Sutradara Angga Dwimas Sasongko dan Visinema Pictures, Salbisa Diara.
Tualeka mengatakan, saat ini film Cahaya dari Timur sudah hampir rampung, karena sekarang sementara dalam proses editing dan rencananya awal Juni mendatang sudah bisa diputar di bioskop-bioskop termasuk direncanakan awalnya akan diputar secara perdana juga di Maluku dan kabupaten/kota.
“Kita berharap ketika masyarakat menyaksikan film ini akan ada perspektif yang berbeda tentang Maluku, apalagi kita mendapatkan respons dari gubernur dan beliau sangat mengapresiasi karena ini baru pertama kali ada di era modern,” tukasnya.
Sebelumnya, Produser Film Cahaya dari Timur Glen Fredly kepada wartawan, menjelaskan, Beta Maluku adalah film pertama dari seri Cahaya dari Timur yang mengangkat tentang kisah-kisah kehidupan inspiratif dari Indonesia Timur yang di produksi oleh Visinema Pictures, dan disutradarai oleh Angga Dwimas Sasongko yang juga bertindak sebagai Produser bersama dengan dirinya.
“Film ‘Beta Maluku’ ini diangkat dari kisa nyata kehidupan seorang Sani Tawainella pemuda asal Negeri Tulehu yang diperankan oleh artis ternama Chicco Jerikho. Mantan pemaini sepak bola asal Tulehu yang sempat mewakili Indonesia pada piala pelajar Asia tahun 1996 di Brunai Darusalam, namun kemudian gagal menjadi pemain profesional setelah sebelumnya gagal dalam seleksi PSSI Bareti,” jelas Glenn Fredly yang juga salah satu musisi asal Maluku itu.
Menurutnya, film ini mengisahkan tentang saat-saat Sani gagal kemudian dirinya kembali ke Tulehu dan menikah pada tahun 1999 dan bekerja sebagi tukang ojek, diawal tahun 2000-an, ketika konflik sedang berlangsung di Maluku.
Sani seperti kebanyakan orang lain berusaha tetap menjalani kehidupan di tengah situasi yang kian sulit dan serba kekurangan. Ditengah kerja keras menghidupi keluarga dan kondisi yang tidak menentu, Sani memutuskan untuk membentuk sebuah latihan sepak bola untuk menghindarkan anak-anak dari keterlibatan atas konflik.
“Sani percaya sepak bola bisa menjadi ingatan baik untuk anak-anak sebagaimana pengalaman masah kecilnya selain ingatan mereka atas situasi konflik yang terus berlarut-larut,” ungkapnya.
Awalnya ide Sany dianggap aneh, sehingga dirinya dikucilkan karena menganggap sesuatu yang sia-sia, namun dirinya terus bertahan dan membesarkan anak-anak didiknya dengan menanamkan nilai-nilai hidup bersaudara dan saling mengasihi.
Ditahun 2006, Sani Tawainella ditunjuk menjadi pelatih kepala yang membawah keseblasan Maluku berlaga di kompetisi nasional U-15 dan menjadi juara setelah menaklukan DKI Jakarta lewat drama adu pinalti di Stadion Jalak Harupat Bandung.
“Kisah Sani Tawainella menjadi inspiratif karena tim Maluku yang dikomandainya melibatkan dua komunitas yang sebelumnya bertikai, konflik-konflik yang terjadi dalam tim kerana perbedaan yang ada dihadapi Sani yang menghidupkan semangat untuk hidup lebih baik setelah tragedi yang menimpa kehidupan mereka di masa sebelumnya. Namun Sany menekankan bahwa sepak bola untuk anak-anak didiknya bukan hanya soal menang atau kalah, namun tentang persaudaraan dan perdamaian dalam kehidupan,” tutur Glenn Fredly.
Sementara itu di tempat yang sama sutradara film tersebut Angga Dwimas Sasongko menceritakan, kisah Sani Tawainela ini diperoleh dalam perjalanannya ke Tulehu pada tahun 2009 untuk pengerjaan video sebuah apparel olahraga terkemuka.
Sutradara yang pernah meraih delapan nominasi Pila Citra pada tahun 2010 melalui filmnya Hari untuk Amanda ini menjelaskan, setelah bertemu Taiwainela kemudian dirinya mengutarakan niatnya kepada, Geln Fredly musisi asal Maluku, hingga proses syuting di Tulehu mulai dilakukan pada 7 Januari 2014.
Film ‘Beta Maluku’ ini terhitung telah diproduksi selama 4 tahun mulai dari proses riset hingga pengumpulan dana dari investor dan sponsor. “Film Cahaya Dari Timur Beta Maluku hampir seluruhnya menggunakan bahasa melayu Ambon dan keseluruhan anak-anaknya diperankan oleh anak-anak asli Maluku,” katanya.
Dikatakan, film ini mengambil lokasi syuting di Negeri Tulehu, Kota Ambon dan Jakarta serta dibintangi juga oleh Jajang C, Noer, Shafira Umm, Ridho Slank dan Glen Fredly.
Nilai penting dari pada film ini adalah kesadaran akan indentitas, persaudaraan dan perdamaian. “Film ini didukung oleh Ancora Foundation yang didirikan oleh Gita Wirjawan dan ditulis oleh penulis skenario muda asal Maluku yang juga menjadi saksi hidup masa-masa konflik M.Irfan Ramly bersama dengan Swastika Norah,” rincinya. (S-16)
Sumber: http://www.siwalimanews.com/post/film_cahaya_dari_timur_jadi_spirit_bangun_maluku
-
- Log in to post comments
- 238 reads