Ilustrasi:KOMPAS/SUPRIYANTO
Selama puluhan tahun, industri kelapa Indonesia ibarat raksasa tidur, menunggu untuk dibangunkan dan diberdayakan.
Indonesia sudah terlalu lama meng abaikan ”harta karun” yang seharusnya bisa diperoleh dari hilirisasi kelapa. Indonesia saat ini berada di persimpangan sejarah. Di tengah persiapan menyambut pemerintahan baru, kita memiliki target ambisius untuk mencapai status negara maju pada 2045. Lima tahun ke depan menjadi titik kritis dalam meletakkan fondasi pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen per tahun yang menjadi batu loncatan menuju Indonesia maju. Dalam konteks ini, hilirisasi kelapa muncul sebagai salah satu potensi untuk mendorong transformasi ekonomi Indonesia. Mengapa hilirisasi kelapa begitu penting? Jawabannya terletak pada potensi luar biasa yang selama ini terabaikan. Sebagai salah satu produsen kelapa terbesar di dunia, Indonesia memiliki ”harta karun” yang belum sepenuhnya dimanfaatkan.
Selama puluhan tahun, industri kelapa Indonesia ibarat raksasa tidur, menunggu untuk dibangunkan dan diberdayakan. Namun, ironi menyapa kita ketika melihat Filipina, yang lebih siap dalam mengurus industrialisasi kelapa, berhasil melampaui Indonesia. Filipina kini menikmati devisa hampir 3 miliar dollar AS dari ekspor produk turunan kelapa. Artinya, 1 miliar dollar AS lebih tinggi daripada nilai ekspor Indonesia. Lebih memprihatinkan lagi, Indonesia masih mendorong ekspor kelapa bulat, melepaskan peluang emas untuk meningkatkan nilai tambah secara eksponensial. Bayangkan, hanya dengan mengolah air kelapa yang selama ini terbuang, kita bisa mendapatkan devisa 5,25 miliar dollar AS. Nilai itu setara dengan nilai ekspor industri karet Indonesia saat ini. Belum lagi potensi dari sabut dan tempurung kelapa yang dapat menciptakan nilai tambah sekitar 320 juta dollar AS hingga 370 juta dollar AS jika dimanfaatkan secara optimal.
Peta jalan hilirisasi kelapa
Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 hadir sebagai kompas untuk membangkitkan ”raksasa tidur” ini. Pesan utamanya jelas, Indonesia harus bertransformasi untuk menjadi pemimpin global dalam hilirisasi kelapa dan turunannya. Rekomendasi utama dari peta jalan ini mencakup empat pilar strategis. Pertama, peningkatan produktivitas kelapa melalui penguatan produksi dan persebaran bibit unggul, perluasan peremajaan kelapa tua dan rusak, serta penerapan good agriculture practices (GAP) dan pertanian regeneratif. Upaya ini bukan sekadar tentang meningkatkan hasil panen, tetapi juga tentang pemberdayaan lebih dari 5,6 juta petani kelapa di seluruh Indonesia.
Pilar kedua, peningkatan inovasi dan diversifikasi produk turunan kelapa, termasuk pengembangan sentra industri kecil pengolahan kelapa dan peningkatan investasi industri kelapa terintegrasi. Inovasi perlu digunakan untuk mengubah tempurung kelapa menjadi karbon aktif yang bernilai 40 kali lipat, atau mengembangkan nata de coco sebagai lapisan rompi antipeluru yang dapat meningkatkan nilainya hingga 667 kali lipat.
Ketiga, peningkatan konsumsi kelapa dan produk turunan di dalam negeri serta penguatan daya saing ekspor. Persepsi masyarakat terhadap kelapa perlu diubah. Dari sekadar bahan dapur tradisional, kelapa harus dipandang sebagai sumber inovasi di berbagai sektor, mulai dari pangan fungsional hingga bahan baku industri pertahanan.
Keempat, penguatan tata kelola perkelapaan dan ekosistem pemampu. Ini termasuk penguatan data, kelembagaan, riset, dan inovasi. Kita perlu membangun ekosistem yang mendukung. Dalam ekosistem tersebut, petani, peneliti, dan pelaku industri dapat berkolaborasi menghasilkan inovasi yang berkelanjutan. Pelaksanaan keempat pilar itu diarahkan untuk mencapai target-target spesifik yang ambisius, tetapi realistis. Produktivitas kelapa ditargetkan meningkat dari 1,12 ton setara kopra per hektar pada 2022 menjadi 1,78 ton per hektar pada 2045. Ditambah dengan pengendalian ekspor kelapa bulat, hasilnya digunakan untuk mendukung peningkatan utilisasi industri pengolahan kelapa di dalam negeri dari 45-55 persen menjadi 85 persen pada 2045.
Produk bernilai tambah tinggi
Implementasi Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 memiliki potensi besar untuk mendorong Indonesia menuju status negara maju. Dari sisi kompleksitas ekonomi, diversifikasi produk turunan kelapa akan secara signifikan meningkatkan kompleksitas ekspor Indonesia. Pengembangan produk-produk bernilai tambah tinggi, seperti bahan baku farmasi dari nata de coco atau material maju dari karbon aktif kelapa, akan menempatkan Indonesia pada rantai nilai global yang lebih tinggi.
Dalam hal ekspor, target peningkatan nilai ekspor kelapa dan produk turunannya hingga 10 kali lipat dalam dua puluh tahun tidak hanya akan meningkatkan devisa negara. Hal itu juga akan memperkuat posisi Indonesia dalam perdagangan global. Diversifikasi produk ekspor akan mengurangi ketergantungan Indonesia pada komoditas tradisional, meningkatkan resiliensi ekonomi terhadap fluktuasi harga global.
Aspek penting lainnya adalah penciptaan tenaga kerja terampil. Pengembangan industri hilir kelapa yang beragam akan mendorong permintaan terhadap sumber daya manusia berkualitas tinggi di berbagai bidang, mulai dari bioteknologi hingga manajemen rantai pasok digital. Permintaan SDM tersebut akan mendorong peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan vokasi, sejalan dengan kebutuhan industri 4.0.
Lebih jauh, hilirisasi kelapa membuka peluang bagi Indonesia untuk menjadi pemimpin dalam ekonomi hijau global. Pengembangan produk-produk ramah lingkungan berbasis kelapa sebagai solusi berbasis alam (nature-based solution) akan menempatkan Indonesia di garis depan inovasi berkelanjutan. Hal itu tidak hanya akan meningkatkan prestise Indonesia di kancah internasional, tetapi juga akan menarik investasi asing dalam teknologi hijau. Saatnya kita memandang kelapa tidak hanya sebagai komoditas, tetapi juga sebagai katalis transformasi ekonomi. Langkah ini adalah bentuk upaya merancang masa depan yang lebih cerah dan berkelanjutan bagi generasi mendatang.
Dengan inovasi sebagai kompas dan keberlanjutan sebagai tujuan, kita dapat mengubah tantangan menjadi peluang. Hilirisasi kelapa membuka pintu menuju ekonomi Indonesia yang lebih berdaya saing global dan berkelanjutan. Momentum ini adalah milik kita. Mari kita raih dengan keyakinan dan tindakan nyata.
Oleh: Suharso Monoarfa
- Log in to post comments