BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Amalgamasi Perguruan Tinggi Indonesia

Perguruan tinggi (PT) Indonesia ditantang untuk dapat memberi kontribusi nyata bagi pembangunan di daerah dan juga kemajuan bangsa. Amalgamasi atau penggabungan PT-PT diharapkan dapat meningkatkan peringkat PT Indonesia.

Oleh AGUNG DHAMAR SYAKTI

Realisasi anggaran pendidikan sebesar 20 persen dari APBN dan APBD per tahun seolah memberi semangat dan harapan baru peningkatan mutu kualitas pendidikan di Indonesia, di samping peningkatan kesejahteraan guru dan dosen sebagai konstituen utama dunia pendidikan.

Ada lebih dari 125 perguruan tinggi negeri (PTN) dan 2.982 perguruan tinggi swasta (PTS) dalam bentuk politeknik, sekolah tinggi, institut ataupun universitas.

Di sisi lain, sebuah realitas yang perlu dikritisi, lulusan PTN/PTS belum mampu menjawab kebutuhan nasional sebagai tenaga kerja siap pakai guna mengisi pembangunan di republik ini. Bahkan kurikulum juga dipertanyakan mengingat hanya kurang dari 30 persen lulusan bekerja sesuai dengan bidang studinya.

Sebagian besar tenaga kerja yang terserap berasal dari lulusan beberapa universitas terbaik di Indonesia (IPB, ITB, UGM, Undip, UI, ITS). Itu baru di tingkat nasional, bagaimana di tingkat regional dan internasional? Belum ada data resmi statistik sepak terjang lulusan PTN/PTS Indonesia di luar negeri yang bekerja sesuai dengan bidangnya masing-masing.

Kualitas mungkin dapat terefleksikan dalam QS World University Rankings (WUR) yang mencatat hanya ada lima universitas di Indonesia yang masuk 500 besar universitas terbaik di dunia pada 2022. Karena itu, secara nasional, ada banyak sekali institusi pendidikan di Indonesia dihadapkan pada pertanyaan tentang kualitasnya.

Di sisi lain, sebuah realitas yang perlu dikritisi, lulusan PTN/PTS belum mampu menjawab kebutuhan nasional sebagai tenaga kerja siap pakai guna mengisi pembangunan di republik ini.

Pentingnya amalgamasi
Kebanyakan, program-program studi di perguruan tinggi di Indonesia terlalu spesifik dan kerap dianggap tidak menjawab pemenuhan kebutuhan lapangan pekerjaan sehingga perlu merancang amalgamasi atau peleburan dua atau beberapa perguruan tinggi di Indonesia.

Amalgamasi perguruan tinggi diperlukan untuk tiga alasan penting yang dapat kita cermati. Pertama, persaingan global. Menghadapi dominasi perguruan tinggi (PT) dunia kita dapat menggabungkan beberapa PT menjadi satu.

Contoh konkret yang pernah ada adalah di Marseille (kota aglomerasi terbesar kedua di Perancis) sebelumnya terdapat tiga universitas, yaitu Universite de Provence (Aix Marseille I, 25.000 mahasiswa), Universite de la Mediterrannee (Aix Marseille II, 24.000 mahasiswa), dan Universite de Paul Cezanne (Aix Marseille III, 22.500 mahasiswa).

Sejak 2012 semuanya menjadi satu universitas, yakni Aix Marseille dengan 80.000 mahasiswa. Perlu dicatat, ketiga universitas ini telah berumur lebih dari 700 tahun. Namun, tuntutan untuk bisa berkompetisi di kancah global melahirkan suatu bentuk kompromi kolektif untuk menjadi suatu kekuatan bersinergi yang lebih besar, yakni universitas ini langsung masuk 100 besar dunia setelah penggabungan pada 2012.

Dalam menghadapi kompetisi global, amalgamasi juga mendorong ekosistem kemitraan yang merupakan satu strategi dasar dalam membangun sebuah institusi.

PT di Indonesia perlu secara proaktif memanfaatkan setiap kesempatan dalam bermitra, ke dalam ataupun ke luar. Kerja sama ke dalam lebih bersifat konsolidasi dan koordinasi, dimulai dari satuan terkecil sebuah team teaching, program studi, jurusan, fakultas, dan tingkat universitas.

Setiap interaksi yang terjadi harus diarahkan dalam membangun dan menyinergikan kekuatan-kekuatan menjadi suatu keunggulan untuk menghadapi persaingan di tingkat daerah, nasional, dan internasional.

Artinya, kompetisi internal harus diubah menjadi kompetensi kolektif dengan menghilangkan semangat saling menjatuhkan menjadi semangat saling mengapresiasi dan mengkritisi secara konstruktif.

Kemitraan ke luar akan terbangun dengan baik jika segenap konstituen institusi telah memiliki persamaan persepsi gayut dengan perspektif visi dan misi institusi.

Perlu dilakukan upaya tindak lanjut dari kajian potensi universitas dan daerah yang ada dengan mempertimbangkan potensi SDA/SDM setempat, merangkul mitra swasta lokal dan nasional, pemerintah daerah, dan senantiasa optimistis memandang persaingan global.

Dalam menghadapi kompetisi global, amalgamasi juga mendorong ekosistem kemitraan yang merupakan satu strategi dasar dalam membangun sebuah institusi.

Dalam merancang pengembangan kerja sama, harus ada milestones yang terarah dan terukur yang disiapkan pimpinan institusi, senat akademik, ataupun majelis wali amanah. Mereka yang paling berwenang dalam menyiapkan route map (peta jalur; diksi maritim) kerja sama sehingga sarjana lulusan Indonesia dapat memenuhi kebutuhan pasar dalam mengaktualisasikan keilmuannya di dunia kerja di tingkat lokal, nasional, dan internasional.

Kedua, reformasi pendidikan. PT di Indonesia harus memulai sinkronisasi kurikulum dengan negara-negara Asia Tenggara. Penyetaraan ini membuat lulusan PT di Indonesia dapat memiliki kompetensi yang setara yang pada akhirnya memberikan kesempatan kepada mereka untuk dapat melanjutkan studi atau bekerja di negara-negara yang tergabung dengan Asia Tenggara.

Reformasi pendidikan juga mencakup audit menyeluruh terhadap program studi yang ada untuk menentukan relevansinya dan kemungkinan integrasi ke dalam amalgamasi tingkat prodi atau fakultas.

Membangun kerja sama dengan lembaga pendidikan, industri, dan pemerintah untuk mendapatkan dukungan dan sumber daya yang diperlukan dalam proses amalgamasi.

Melakukan restrukturisasi kurikulum dengan mempertimbangkan kebutuhan dan tren global.

Ketiga, pengelolaan akademik, administratif, dan keuangan. Dapat dipahami, overlapping dan cover lapping dalam pengelolaan akademik dan administratif serta keuangan bisa direduksi dengan pengelolaan satu atap (one top management).

Contohnya, hanya boleh ada satu program pascasarjana ”bidang tertentu” di seluruh Indonesia, yang dikelola oleh satu universitas induk (principal establishment) yang berkomposisikan beberapa laboratorium dari universitas yang berbeda yang dapat menerima mahasiswa dalam kerangka risetnya (laboratory fellows).

Selain hal tersebut, resource sharing dalam infrastruktur riset juga harus dikembangkan Kemendikbudristek, seperti pembangunan laboratorium sains dan teknologi Kemendikbudristek di wilayah barat, tengah, dan timur yang dapat digunakan oleh PT-PT di Indonesia yang sejatinya memiliki kesenjangan yang tinggi antara PT satu dan PT lainnya.

Pada tataran mata kuliah, prinsip yang sama juga pernah diterapkan, kurang lebih seperti yang dilakukan dalam kurikulum major-minor di IPB.

Bukan cerita baru kalau kita sering temui di bangku kuliah bahwa dua mata kuliah yang berbeda memiliki konten yang sama atau ada dua mata kuliah dengan judul yang sama bermaterikan dua hal yang berbeda pada tingkat tertentu.

Kontribusi nyata

Sejatinya, tidak ada patokan tentang jumlah ideal perguruan tinggi di Indonesia, tidak juga selalu kongruen urutan peringkat PT Indonesia di dunia dengan tujuan pembangunan manusia Indonesia. Yang terpenting jumlah tersebut harus dapat memberi kontribusi nyata bagi pembangunan di daerah dan juga kemajuan bangsa.

Amalgamasi PT-PT diharapkan dapat lebih mengefisienkan anggaran yang diperlukan untuk pendidikan dan pengembangan riset unggulan dan dapat pada gilirannya meningkatkan peringkat universitas di Indonesia di tingkat regional dan internasional.

Agung Dhamar SyaktiRektor Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) Kepulauan Riau, Sekretaris Dewan Guru Besar Perguruan Tinggi Negeri Baru

Sumber: https://www.kompas.id/baca/opini/2023/08/31/amalgamasi-perguruan-tinggi-indonesia?open_from=Section_Opini