BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Artikel/Opini

Saat Kemiskinan Turun (Lagi)

Oleh TITA ROSY

Rilis terbaru BPS pada Maret 2023 menyebutkan, angka kemiskinan tercatat 9,36 persen atau berkurang 0,46 juta orang sejak September 2022. Namun, apakah penurunan kemiskinan ini merata terjadi di seluruh provinsi?


Indonesia berhasil melepaskan diri dari angka kemiskinan dua digit sejak Maret 2018 dengan angka kemiskinan 9,82 persen saat itu.

Selanjutnya kemiskinan nasional konsisten berada di level 9 persen hingga menemui badai pandemi Covid-19. Pandemi tak hanya menurunkan derajat kesehatan masyarakat, tetapi juga merontokkan ekonomi nasional.

Pendataan, Pembangunan, dan Penduduk: Sudut Pandang Baru Insan Statistik di Papua Barat

Semenjak ditugaskan untuk menjadi statistisi di pulau Papua, saya selalu tergelitik dengan 3 hal di judul tulisan ini: Pendataan, Pembangunan, dan Penduduk. Dulu, ketiga kata itu terasa jelas sekali hubungannnya. Pendataan akan mendatangkan pembangunan yang tepat sasaran, sedangkan pembangunan selanjutnya akan menghasilkan kualitas kehidupan penduduk yang lebih baik. Namun, setelah ditugaskan di pulau paling timur di Indonesia ini, ketiga hal itu terasa berbanding terbalik, dan sebagaimana yang saya katakan sebelumnya, terasa "menggelitik".

Mengapa Perempuan Lebih Banyak Menderita Gangguan Mental?

Penulis: Aria W. Yudhistira


Tren penderita gangguan kesehatan jiwa di Indonesia meningkat dalam tiga dekade terakhir. Depresi dan kecemasan berlebihan adalah dua kasus gangguan mental terbesar. Diperkirakan ada sekitar 12 juta penduduk yang mengalami gangguan mental. Mengapa perempuan lebih rentan mengalami penyakit kejiwaan? Oleh Vika Azkiya Dihni

Indonesia Penyumbang Sampah Makanan Terbanyak se ASEAN

Oleh: Naztia Haryanti

Menurut laporan dari United Nations Environment Programme (UNEP) bertajuk Food Waste Index 2021, Indonesia menjadi negara dengan produksi sampah makanan terbanyak di Asia Tenggara. Total sampah makanan yang diproduksi Indonesia setiap tahunnya mencapai 20,93 juta ton.

Bahkan di tingkat dunia, Indonesia menduduki posisi urutan kedua sebagai negara paling rajin menumpuk sampah sisa makanan. Hal itu berdasarkan data laporan The Economist pada tahun 2011 bertajuk Fixing Food: Toward the More Sustainable Food System.

Suara dari Kaki Rinjani

Kronik Perampasan Lahan di Tanah Surga
Oleh Excel Bhagaskara

BAGAIMANA rasanya menjadi sebuah masalah?

Amak Amrul sedang mengayunkan cangkul ketika ia mendengarkan seruan peringatan dari petani yang lain untuk segera bergegas. Pasalnya, beberapa alat berat yang dikawal oleh kepolisian mencoba untuk masuk ke lahan untuk meratakan lahan yang diklaim sebagai hak perusahaan, PT Sembalun Kusuma Emas (SKE).

Stereotip Gender dan Subordinasi terhadap Kepemimpinan Perempuan

Alfiyah Sudira ( Mahasiswi Pascasarjana, STFI Sadra)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata “perempuan” berasal dari kata “empu”. Dalam Bahasa Jawa Kuno, yang kemudian diserap dalam Bahasa Melayu, yang berarti “tuan, mulia, hormat”. Kata empu tersebut mengalami pengimbuhan dengan penambahan “per-“ dan “-an” yang kemudian membentuk “perempuan”.

Interaktif : Edukasi Kebiasaan Konsumsi Buah dan Sayur pada Remaja dengan Metode Emotional-Demonstration

Beberapa permasalahan status gizi dan kesehatan yang terjadi di Kota Jambi diantaranya yaitu status gizi stunting, gemuk, anemia, kebiasaan konsumsi makanan tinggi kalori, konsumsi sayur dan buah yang kurang, serta perilaku hidup bersih dan sehat yang rendah. Prevalensi kejadian stunting pada remaja di Kota Jambi yaitu 34,6% , prevalensi remaja gemuk 12,1% prevalensi remaja obesitas 4,7%. Disamping itu, didapatkan bahwa 1 dari 3 (prevalensi 32.0%) remaja (usia 15- 24 tahun) menderita anemia gizi. Sebesar 48,9% ibu hamil mengalami anemia.

Ancaman Perbedaan Antar Generasi

Ancaman Perbedaan Antar Generasi
Memasuki abad milenium, invasi teknologi, khususnya akses internet, melahirkan generasi digital yang jauh berbeda. Bahkan semakin ke sini semakin ekstrem. Generasi senior harus lebih adaptif dengan perubahan generasi.

Oleh
ERWIN PARENGKUAN

Kembali ke era 1990-an tanpa gangguan telepon pintar terasa menyenangkan. Tidak ada yang bertindak anarkis dan polarisasi. Manusia saling berdampingan, penuh toleransi, dan menghargai perbedaan. Semua itu sangat indah.

Pages