BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Daya Saing Terkait Nilai Tambah Paling Banyak

Diversifikasi Ekspor Diperlukan
Daya Saing Terkait Nilai Tambah Paling Banyak
Ikon konten premium Cetak | 1 September 2015 Ikon jumlah hit 341 dibaca Ikon komentar 0 komentar

JAKARTA, KOMPAS — Indonesia perlu merealisasikan sumber pertumbuhan ekonomi baru melalui diversifikasi ekspor. Diversifikasi ekspor itu dapat berasal dari sektor-sektor ekonomi kreatif dan kewirausahaan kreatif. Sektor ekonomi kreatif juga mampu menciptakan lapangan kerja.

Pada 2013, ada 5,4 juta perusahaan yang bergerak di bidang industri kreatif-sebagian besar usaha mikro, kecil, dan menengah-atau 9,68 persen dari total perusahaan di Indonesia. Ekonomi kreatif berkontribusi 7 persen terhadap ekonomi nasional, yaitu Rp 641,8 triliun. Sektor itu juga menyerap 11,9 juta tenaga kerja atau 10,7 persen dari total serapan tenaga kerja Indonesia.

Mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu menyatakan hal itu dalam seminar dan peluncuran buku Lembaga Demografi Universitas Indonesia berjudul Mozaik Demografi: Untaian Pemikiran tentang Kependudukan dan Pembangunan, Senin (31/8) di Jakarta.

Mari mengatakan, Indonesia tengah menghadapi dua tantangan global. Pertama, ketidakpastian ekonomi yang belakangan ini dipengaruhi pelemahan ekonomi Tiongkok dan pemulihan ekonomi Amerika Serikat. Tantangan itu akan dihadapi minimal lima tahun ke depan.

Kedua, perubahan teknologi dan lebih terintegrasinya dunia yang menyebabkan fragmentasi produksi bertambah. Daya saing tidak lagi terkait industri hulu dan hilir, biaya tenaga kerja, sumber daya alam, dan jasa, tetapi lebih terkait pada bagaimana negara akan memperoleh nilai tambah paling banyak.

"Negara yang seperti itu adalah negara yang memiliki kapasitas keterampilan sumber daya manusia, teknologi, dan kreativitas," kata Mari.

Ia menambahkan, Indonesia memiliki modal untuk mencapai kondisi itu, antara lain berupa sumber daya alam (bukan hanya komoditas), budaya, dan orang kreatif. Oleh karena itu, Indonesia perlu merealisasikan sumber pertumbuhan ekonomi baru melalui diversifikasi ekspor di sektor ekonomi kreatif dan kewirausahaan kreatif.

"Di sektor desain, 129.000 karya desainer Indonesia terdaftar dalam laman pemasaran 99designs.com. Di Magelang (Jawa Tengah) juga tumbuh kampung desain logo yang kerap memenangi kontes di Eropa, Asia, Timur Tengah, dan Australia," ujarnya.

Empat mesin

Subroto, Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Koperasi pada era Presiden Soeharto, mengatakan, Indonesia harus memiliki rancang bangun pembangunan menuju 100 tahun kemerdekaan pada 2045. Pada saat itu, Indonesia harus menjadi Indonesia Raya sejahtera.

Selama 70 tahun, Indonesia belum sejahtera karena baru memanfaatkan satu dari empat mesin pembangunan, yaitu sumber daya alam. Ketiga mesin lain, yaitu sumber daya manusia, infrastruktur, serta ilmu pengetahuan dan teknologi, harus dimanfaatkan. "Manfaatkan bonus demografi Indonesia melalui peningkatan kapasitas kewirausahaan," katanya.

Sementara itu, Wakil Pemimpin Redaksi Kompas Ninuk Mardiana Pambudy mengatakan, Indonesia memiliki berbagai macam potensi. Namun, kemampuan untuk merealisasikan potensi itu masih lemah.

(HEN)

Sumber: http://print.kompas.com/baca/2015/09/01/Diversifikasi-Ekspor-Diperlukan

Related-Area: