Kembangkan Energi Sesuai Potensi Daerah
Harga teknologi untuk menghasilkan energi dari sumber terbarukan diperkirakan akan semakin terjangkau. Namun, pengembangannya perlu memperhatikan potensi daerah.
Oleh Norbertus Arya Dwiangga Martiar
21 November 2019
JAKARTA, KOMPAS — Harga teknologi untuk menghasilkan energi dari sumber terbarukan diperkirakan akan semakin terjangkau. Namun, pengembangannya perlu memperhatikan potensi daerah agar energinya berkelanjutan dan harganya terjangkau.
Laporan Proyeksi Energi Regional untuk empat provinsi, yakni Sulawesi Utara, Gorontalo, Riau, dan Kalimantan Selatan, yang dipaparkan di Jakarta, Rabu (20/11/2019), mengungkapkan hal itu. Laporan itu merupakan hasil kerja sama Kedutaan Besar Denmark, Danish Energy Agency, Dewan Energi Nasional, PT PLN (Persero), serta dinas energi dan sumber daya mineral keempat provinsi.
Menurut Duta Besar Denmark untuk Indonesia Rasmus Abildgaard Kristensen, kajian tersebut memperlihatkan bahwa penggunaan energi terbarukan sangat menjanjikan. Yang diperlukan adalah mengkaji sumber energi terbarukan yang sesuai di masing-masing wilayah.
”Kita akan mencari cara terbaik yang tidak hanya energinya berkelanjutan tetapi juga terjangkau harganya,” kata Kristensen.
Kepala Bidang Kerja Sama Energi Kedutaan Besar Denmark untuk Indonesia Thomas Capral menambahkan, dari pengalaman Denmark, pemanfaatan energi terbarukan tidak serta merta akan menekan ekonomi. Dengan perencanaan energi yang baik, ekonomi tetap dapat tumbuh, sementara penggunaan energi fosil dan produksi emisi dapat dikurangi.
Laporan Proyeksi Energi Regional menyebutkan, di Sulawesi Utara dan Gorontalo, permintaan energi pada tahun 2030 diperkirakan meningkat 2,5 kali lipat dari kondisi saat ini. Di dalam rencana umum penyediaan tenaga listrik (RUPTL), pemenuhan energi bergantung pada penambahan pembangkit listrik tenaga uap. Sementara gas, air, dan panas bumi hanya memainkan peran pendukung.
Di Riau, kapasitas pembangkitan sebagian besar dipenuhi dari batubara dan gas alam. Padahal, Riau berpotensi besar untuk menggunakan bioenergi, yakni biomassa dan biogas dari limbah minyak kelapa sawit.
Sementara di Kalimantan Selatan direncanakan pembangunan pembangkit listrik tenaga uap dan gas alam untuk 10 tahun mendatang, sementara energi terbarukan masih terbatas. Padahal, potensi tenaga bayu di Kalimantan Selatan berpotensi besar untuk ditingkatkan.
Alberto Dalla Riva dari Ea Energy Analyses mengatakan, laporan tersebut bertujuan mengkaji perencanaan sistem energi dan perkembangan dalam berbagai skenario. Kajian dilakukan dengan menyimulasikan skenario sebagaimana biasa dan mengombinasikannya dengan harga minyak.
Selain itu, dikaji pula kemungkinan jenis energi yang paling memungkinkan untuk diterapkan di daerah tersebut, termasuk pendanaannya. Saat ini harga teknologi pembangkit energi terbarukan semakin terjangkau, seperti biaya untuk tenaga bayu.
Di sisi lain, pembiayaan untuk membangun pembangkit listrik tenaga uap semakin sulit. ”Sekarang co-financing sedikit lebih sulit karena sejak Paris Agreement, banyak institusi keuangan dunia yang menghindari proyek listrik berbahan batubara. Maka, tidak banyak pilihan yang bisa memberikan pembiayaan. Mungkin dari China,” kata Dalla Riva.
Kepala Biro Fasilitasi Kebijakan Energi dan Persidangan Dewan Energi Nasional Sugeng Mujiyanto mengatakan, target pemerintah untuk penggunaan energi baru terbarukan dalam bauran energi nasional adalah 23 persen pada 2025. Meskipun energi fosil atau batubara masih digunakan, pemanfaatan energi baru terbarukan akan ditingkatkan.
Editor Mukhamad Kurniawan
- Log in to post comments