BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Laki-laki Jadi Mitra Penting

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
Laki-laki Jadi Mitra Penting
Ikon konten premium Cetak | 18 Februari 2016 Ikon jumlah hit 66 dibaca Ikon komentar 0 komentar

SOE, KOMPAS — Keterlibatan laki-laki dinilai sangat penting dalam upaya meningkatkan pemberdayaan perempuan dan anak. Selain menurunkan angka kekerasan domestik dan rumah tangga, keterlibatan laki-laki akan membuka ruang bagi perempuan untuk berkiprah di bidang-bidang yang dahulu belum terjamah oleh mereka, seperti dunia politik.

"Dulu, perempuan selalu dinomorduakan akibat kentalnya budaya patriarki di masyarakat Timor," kata Filpin Tane-Therik, Wakil Direktur Sanggar Suara Perempuan (SSP), di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur, Rabu (17/2).

Dahulu, hak-hak dasar perempuan, seperti bersekolah, mendapat layanan kesehatan, hingga memiliki kehidupan sosial di luar rumah jarang dipenuhi. Masyarakat juga lazim memandang bahwa kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) adalah cara yang wajar untuk "mendidik" kaum perempuan.

Data SSP tahun 2015 menyebutkan, terdapat 83 kasus penganiayaan perempuan dan 30 kasus penganiayaan anak-anak, termasuk yang berbentuk kekerasan seksual. "Sebagian diselesaikan di kepolisian apabila memang bersifat pidana, seperti kekerasan seksual. Sisanya didamaikan atas permintaan klien untuk rujuk kembali dengan suaminya," ujar Filpin.

Pendekatan pelaku

Melihat hal tersebut, semenjak tahun 2010, SSP menjalin kerja sama dengan Aliansi Laki-laki Baru, sebuah lembaga yang mengadvokasi agar kaum laki-laki turut memberikan andil di dalam pemberdayaan masyarakat. "Percuma kalau cuma perempuan yang diberdayakan, sementara laki-lakinya masih berpikiran patriarki," ujar Koordinator Program Pelibatan Laki-laki SSP John Bolla.

Awalnya, kegiatan advokasi tersebut diikuti tujuh kelompok laki-laki yang setiap kelompok terdiri atas 20 orang. Mereka diberi pendalaman mengenai pembagian peran suami dan istri di rumah tangga. Sekarang, kegiatan itu sudah berkembang dengan 13 kelompok yang tersebar di dua kecamatan.

Sebanyak 78 persen masyarakat Timor Tengah Selatan merupakan petani. Laki-laki memiliki kegiatan sehari-hari berkebun dan berkumpul dengan teman-teman.

Adapun perempuan mempunyai pekerjaan sehari-hari yang lebih berat. Selain mengurus rumah dan anak, mereka harus mencari kayu bakar serta mengambil air.

"Dahulu, sering ada kasus istri dipukul suami karena ketika suami pulang, makanan belum tersedia di meja," kata John.

Laki-laki idola

Membaca situasi tersebut, SSP menggunakan pendekatan yang santai dan tidak menceramahi para laki-laki yang tergabung dalam bimbingan kelompok tersebut. SSP mengembangkan konsep "Ayah Idola" dan "Suami Idola".

Pengertiannya, seorang ayah dan suami yang baik adalah orang yang tidak bertindak kasar terhadap anak ataupun istri. Mereka juga tidak segan berbagi beban kerja dengan pasangan. Jika ada permasalahan rumah tangga, mereka mau menyelesaikannya dengan diskusi.

Yandri Ome (32), anggota Laki-laki Baru (LLB), mengakui dirinya dulu ditertawakan tetangga ketika terlihat menyapu rumah dan menimba air. Namun, ia tidak gentar.

"Justru dengan terus memberi contoh yang baik, tetangga dan teman-teman yang melihat pelan-pelan juga ikut berubah," ujar Yandri.

Selain itu, ia juga mengalami perubahan positif. Sebelum bergabung dengan LLB, Yandri sering bersikap ringan tangan kepada adik perempuannya. Setelah bergabung, ia memahami bahwa laki-laki dan perempuan adalah setara dan berhak atas hal-hal yang sama.

Prinsip tersebut diterapkannya ketika menikahi Adriana Baifeto (28). "Hubungan saya dengan istri jarang diwarnai pertikaian. Kalau ada perbedaan pendapat, kami bicarakan baik-baik," ujarnya.

Tantangan terbesar justru datang dari orangtua Yandri dan Adriana. Mereka memberi cap Adriana sebagai istri yang pemalas dan tidak bisa melayani suami. Untuk hal ini, John menjelaskan bahwa SSP terus mendorong para anggota LLB agar tetap menjaga sifat positif dan saling mendukung antara suami dan istri.

Partisipasi perempuan

Selain membangun rumah tangga harmonis, pemberdayaan tersebut juga membuka ruang bagi perempuan untuk berpartisipasi di masyarakat. Bupati Timor Tengah Selatan Paul Mella menjelaskan bahwa perempuan kini mulai terlibat menjadi anggota aparatur desa, kelurahan, kecamatan, dan kabupaten.

Menurut dia, jumlah perempuan yang terlibat itu puluhan orang atau masih sedikit. "Namun, pelan-pelan kepercayaan di masyarakat terbangun untuk memberi kesempatan perempuan membuktikan diri sebagai pemimpin," ujar Paul.

Sebagai bentuk dukungan peningkatan kapasitas perempuan, Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Selatan pada 2014 meluncurkan tiga peraturan daerah yang pro perempuan dan anak. Ketiga regulasi itu ialah peraturan daerah tentang perlindungan perempuan, peraturan daerah tentang perlindungan anak, serta peraturan daerah tentang kesehatan reproduksi. Lewat peraturan daerah tentang kesehatan reproduksi, hak perempuan untuk mendapatkan layanan kesehatan reproduksi yang layak bisa jauh lebih terjamin. (DNE)

Sumber: http://print.kompas.com/baca/2016/02/18/Laki-laki-Jadi-Mitra-Penting

Related-Area: