BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

PANGAN ALTERNATIF PENGGANTI NASI MASYARAKAT MBD

Isye J. Liur

Fakultas Pertanian Universitas Pattimura

e-mail : isye.jean@gmail.com

--------

 

Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi. Ketersediaan pangan yang cukup dan bergizi menunjang terwujudnya ketahanan pangan. Ketahanan pangan merupakan berperan penting dalam ketahanan Nasional dimana pemenuhan pangan yang cukup dan bergizi bagi masyarakat merupakan dasar pembentukan manusia yang berkualitas dan berguna.

Selama ini masyarakat hanya terfokus pada beras sebagai kebutuhan pangan pokok nasional dan sebagai satu-satunya sumber karbohidrat. Konsumsi beras yang berlebihan mengakibatkan produksi beras tidak mencukupi sehingga diimpor dari negara lain. Hal ini dapat berpengaruh bagi ketahanan pangan nasional Indonesia yang membawa dampak serius bagi kehidupan ekonomi masyarakat Indonesia, yang terbiasa mengkonsumsi nasi.

Dengan adanya peningkatan harga pangan dunia akan berdampak pada masyarakat miskin yang menimbulkan tingkat pengeluaran untuk kebutuhan rumah tangga akan semakin besar, sehingga jumlah penduduk miskin akan terus meningkat. Salah satu langkah yang dapat ditempuh yakni mengembangkan pangan yang berbasis pada kearifan lokal sebagai pangan alternatif pengganti nasi.

Maluku merupakan salah satu Provinsi yang terletak di bagian timur Indonesia yang memiliki banyak kearifan lokal yang layak dikembangkan. Di Maluku Barat Daya (MBD) terdapat banyak sekali kearifan lokal yang dapat dikelola sebagai sumber makanan. Kabupaten ini merupakan pulau yang letaknya jauh dari Ibukota Provinsi Maluku, sehingga untuk mencapai kabupaten tersebut dibutuhkan waktu berhari-hari. Beras yang sudah menjadi makanan pokok sebagian besar masyarakat Maluku, sulit menjangkau masyarakat yang bermukim dipulau-pulau tersebut. Sehingga untuk tetap dapat menjaga ketahanan pangan, masyarakat setempat mengkonsumsi pangan lokal sebagai pangan alternatif pengganti nasi. Selain Maluku Tenggara yang dikenal dengan pangan lokalnya yaitu embal yang terbuat dari ketela pohon juga Maluku Tenggara Barat dengan jenis umbi-umbian yang disebut dengan keladi merah atau keladi ungu, masyarakat MBD juga memiliki banyak kearifan lokal yang beragam.

Di Maluku Barat Daya, biji mangga dapat dijadikan makanan dengan mengolahnya menjadi tepung. Selain itu, jagung juga dijadikan sebagai makanan pokok oleh masyarakat setempat. Jagung (zea mays L.) sebagai sumber karbohidrat juga mengandung provitamin A dalam bentuk pigmen. Jagung mengandung vitamin B1, vitamin B5 dan vitamin C. Kandungan folat jagung membantu menghasilkan sel-sel baru di dalam tubuh. Jagung pun berperan menurunkan kadar kolesterol, serta menurunkan kadar gula dalam darah. Nilai lebih dari jagung adalah kandungan komposisi gizinya lebih komplek dibanding beras.

 

Potensi pangan lokal lain yang dijadikan sebagai pangan pokok masyarakat Maluku Tenggara Barat adalah Beras Merah. Secara genetik beras merah berbeda dengan beras putih. Warna merah pada beras tersebut berasal dari zat warna alami antosianin. Antosianin mempunyai sifat antioksidan, antikanker, antihipertensi, dan antihiperglikemik.

Bulir beras terdiri dari beberapa lapisan. Paling luar disebut epikarp (sekam), lalu perikarp yang mengandung lapisan kulit ari (aleuron), biji beras (endosperm), dan lembaga atau mata beras. Kulit ari mengandung banyak asam lemak esensial, serat, vitamin, dan mineral. Endosperm  menentukan pulen-peranya beras. Sedangkan lembaga sering diolah terpisah menjadi tepung mata beras.

Beras merah umumnya merupakan beras tumbuk (pecah kulit) yang dipisahkan bagian sekamnya saja. Proses ini sedikit merusak kandungan gizi beras. Sedangkan beras putih umumnya merupakan beras giling atau poles, yang bersih dari kulit ari dan lembaga. Segelas nasi beras merah tumbuk mengandung 216,45 Kalori, 88% kecukupan harian (daily value – DV) mineral mangan, 27% DV selenium, 21% DV magnesium, 18,8% DV asam amino triptofan, 3,5 gram serat (beras putih mengandung kurang dari 1 gram), dan proteinnya 2-5% lebih tinggi dari beras putih. Selain itu juga mengandung asam lemak alfa-linolenat, zat besi, vitamin B kompleks, dan vitamin A (Camat Kormomolin, 2014).

Dibandingkan dengan beras putih, kandungan karbohidrat beras merah lebih rendah (78,9 gr : 75,7 gr), tetapi nilai energi yang dihasilkan beras merah justru di atas beras putih (349 kal : 353 kal). Mangan membantu produksi energi dari protein dan karbohidrat, serta membantu pembuatan asam lemak yang penting bagi sistem saraf. Magnesium, selain menguatkan tulang, juga menjadi bagian dari 300 enzim di dalam tubuh, termasuk enzim yang mengatur penggunaan insulin, yang berperan dalam penyakit diabetes. Mengkonsumsi minimal 6 porsi beras merah per minggu sangat baik untuk wanita pascamenopause yang punya masalah kolesterol, tekanan darah tinggi, dan gejala penyakit jantung (Camat Kormomolin, 2014).

Dengan memanfaatkan kearifan lokal tidak hanya dapat mengurangi ketergantungan terhadap beras, tetapi juga merupakan upaya untuk meningkatkan perbaikan gizi masyarakat menuju pola pangan harapan, sehingga terwujudnya masyarakat yang berkualitas dan memiliki daya saing.

 

REFERENSI

Camat Kormomolin. 2014. Potensi Pangan Lokal Kecamatan Kormomolin. http://ktrcamatkormomolin.blogspot.com/2014/08/potensi-pangan-lokal-kecamatan.html.